Lihat ke Halaman Asli

KKM Mronjo UIN Malang

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Psikoedukasi: Mewujudkan Lingkungan Inklusi, Strategi Parenting dan Penanganan anak Bermasalah

Diperbarui: 24 Januari 2025   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Dokumentasi Psikoedukasi bertemakan "Mewujudkan Lingkungan Inklusi: Strategi Parenting dan Penanganan anak Bermasalah" (18/01/2024)

Guru dan Orang Tua ingin  terus belajar

Pelaksanaan psikoedukasi ini dilatar belakangi oleh dorongan dari guru-guru dan orang tua yang ingin belajar lebih dalam bagaimana mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Psikoedukasi ini dihadiri oleh guru-guru MI MWB Mronjo dan para orang tua yang telah diundang secara khusus, dengan harapan dapat mewujudkan lingkungan yang inklusi bagi anak-anak didik di sekolah tersebut dengan melibatkan (guru dan orang tua) yang memiliki perang penting dalam tumbuh kembang anak. 

Perwakilan perangkat desa Mronjo, dalam sambutannya menyampaikan kepada para peserta psikoedukasi untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan psikoedukasi ini, menyimak sesi penyampaian materi dengan khidmat, dengan harapan dapat menyerap materi yang akan disampaikan dengan maksimal. 

Mendidik Anak Bukan sekedar Tugas Guru, Psikoedukasi Hadir sebagai Jawaban

Gambar 2. Dokumentasi Bapak Abdul Jamil, Narasumber acara psikoedukasi.

Bapak Abdul Jamil, Narasumber acara psikoedukasi ini merupakan seorang penggiat pendidikan sekaligus pemilik yayasan pondok pesantren di kediri menyampaikan materi yang padat dengan pembawaan yang ringan dan tegas di waktu yang bersamaan membuat susana acara lebih mengalir dan menyenangkan.

"Tugas mendidik anak bukan hanya menjadi kewajiban guru di sekolah, melainkan peran orang tua juga menjadi hal yang sangat penting, anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dibandingkan di sekolah bukan?" 

"tapi, yang paling pertama orang tua lakukan ketika anaknya dianggap bermasalah baik dari sisi pendidikan maupun sikap, adalah menyalahkan gurunya"

Pernyataan yang disampaikan oleh narasumber mendapatkan respon yang beragam, ada yang menyambutnya dengan tawa kecil, dan ada yang menyahutkan kata "iya" sebagai tanda setuju.

 

Penulisan Pesan Anonim

Setelah penyampaian materi orang tua diberi kesempatan untuk menuliskan harapan dan penyesalan untuk anak-anaknya pada kertas secara anonim, kemudian dikumpulkan pada satu kotak. 

"Maafkan ibu ya, belum bisa menyelesaikan trauma ibu, maafkan ibu sudah mewariskan trauma ini"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline