Lihat ke Halaman Asli

Anggrata Bhakti KKM 07

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dari Bambu Jadi Rezeki: Kisah Sukses Produksi Tusuk Sate Bu Puji

Diperbarui: 2 Februari 2025   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Proses Pembuatan Tusuk Sate

Pada hari kamis, 9 januari 2025, Mahasiswa KKM Kelompok 7 Desa Karangnongko melakukan kunjungan ke salah satu UMKM yang ada di dusun Paras yaitu produksi tusuk sate. Rumah produksi tersebut merupakan milik sepasang suami istri, bernama Bu Puji. Rumah produksi ini telah berdiri sejak tahun 2014. Menurut penuturan Bu Puji, sebelum mulai meproduksi tusuk sate, awalnya mereka merupakan seorang pengrajin anyaman keranjang bambu. Akan tetapi karena minimnya peminat keranjang bambu, sekaligus mulai berkurangnya pengepul dan penjual keranjang bambu, akhirnya mereka beralih bisnis ke produksi tusuk sate.

Rumah produksi tusuk sate milik Bu Puji dan suaminya ini merupakan rumah produksi yang menghasilkan bahan baku untuk tusuk sate bukan produk tusuk sate jadi yang dijual komersial. Hasil produksi tusuk sate mereka kirimkan ke pabrik-pabrik tusuk sate yang kemudian akan di finishing sekaligus di kemas oleh pabrik tersebut. Tusuk sate yang telah dikemas tersebut, kemudian akan di kirim ke berbagai daerah hingga luar jawa.

Bu Puji menjelaskan bahwa proses dari pembuatan tusuk sate dimulai dengan membeli bambu yang telah di tebang dari tukang tebang bambu. Untuk bambu yang dipakai bisa dari berbagai jenis bambu, namun yang sering digunakan oleh beliau ialah jenis bambu petung. Sedangkan untuk usia bambu yang bagus ialah yang berusia 2 tahun ke atas karena serat bambunya kuat dan mudah untuk diolah. Ada sedikit tips dari beliau dalam memilih bambu yang bagus. Ciri ciri bambu yang bagus ialah seratnya berwarna merah tua, selain itu hindari menggunakan bambu yang ditanam dari daerah pemukiman, meskipun lebih lebat, tetapi kualitasnya buruk. Selain itu bambu yang tumbuh di dataran rendah atau dekat sungai juga meiliki kualitas yang buruk karena mengandung terlalu banyak air. Bambu yang bagus ialah bambu yang tumbuh di daerah yang jarang dijamah manusia serta berada di dataran tinggi.

Ada alasan mengapa beliau lebih memilih untuk membeli bambu yang telah di tebang daripada menebang sendiri, pertimbangannya ialah jika membeli bambu yang telah ditebang stok bambu bisa stabil karena bambu dapat dipesan dan datang sesuai kebutuhan rumah produksi meskipun harganya lebih mahal. Sedangkan jika menebang pohon bambu sendiri memerlukan proses dan memakan waktu lebih lama lagi.

Foto Hasil Pembuatan Tusuk Sate

Setelah bambu datang, bambu akan dipotong sesuai dari ruas bambu tersebut. Bambu kemudian akan dibelah menjadi 2 dan kemudian lanjut di irat, atau dibelah dengan ukuran lebih kecil. Selanjutnya potongan bambu akan di serut menggunakan mesin khusus, sehingga bambu terpotong tipis dengan ukuran yang sama dan sesuai dengan kebutuhan produksi tusuk sate. Untuk ukuran dari tusuk sate itu sendiri terdapat dua jenis, yaitu ukuran untuk tusuk sate ayam dan ukuran untuk tusuk sate kambing. Untuk ukuran tusuk sate ayam yaitu memiliki diameter sekitar 2-2,5m mili, dan panjangnya sekitar 30-40 cm. Sedangkan untuk ukuran tusuk sate kambing memilki diameter sekitar 3 mili dan panjang sekitar 40 cm keatas. Itulah bahan baku dari produksi tusuk sate.

Selesai di serut, potongan bambu yang telah menjadi bahan baku tusuk sate tersebut kemudian akan dikeringkan dengan cara dijemur atau dioven tergantung cuaca. Jika cuaca bagus maka cukup dijemur seharian, akan tetapi jika hujan proses pengeringan akan menggunakan oven khusus yang terbuat dari besi. Bambu yang telah kering akan disortir untuk memlih potongan bambu yang bagus. Usai di sortir, potongan bambu tipis yang telah menjadi bahan baku tusuk sate tersebut akan diikat dengan berat per ikatnya sekitar 5kg. Bambu kemudian siap untuk dikirim ke pabrik sebagai bahan baku tusuk sate. Di pabrik, bahan mentah tersebut akan di finishing dan di oven ulang serta diruncingkan. Selain itu juga akan di lapisi dengan lapisan khusus sehingga jadilah tusuk sate yang siap dikemas dan didistribusikan. Sekali kirim ke pabrik, rumah produksi tusuk sate milik Bu Puji ini bisa mengirimkan sekitar 1 kwintal tusuk sate. Biasanya pengiriman dilakukan 2-3 kali perminggu tergantung cuaca yang mempengaruhi jumlah hasil produksi.

Ada hal menarik di rumah produksi tusuk sate milik Bu Puji ini, yaitu setiap bagian bambu yang digunakan untuk bahan dasarnya ini tidak ada yang terbuang sia-sia. Limbah sisa produksi biasanya diguanakan untuk bahan bakar proses pengovenan. Selain itu, limbah dari bambu tersebut juga di ambil oleh rumah produksi tahu sebagai bahan bakar pembuatan tahu. Hal ini tentu saja menjadikan hubungan timbal balik yang  baik, dimana rumah produksi tusuk sate jadi bersih dari limbah bambu, dan rumah produksi tahu mendapat bahan bakar untuk proses pembuatan tahu.

Bu Puji juga menyampaikan tantangan dari produksi bahan tusuk sate ini diantaranya, yaitu yang paling utama ialah cuaca. Apabila musim hujan, produksi tidak bisa sebanyak saat musim kemarau, karena proses pengeringan menjadi lebih lama, juga bambu menjadi lebih rawan berjamur. Selain itu juga terkadang bambu tebangan yang dikirimkan tidak sesuai, seperti terlalu tua atau sudah bertunas. Akan tetapi dengan segala tantangan tersebut, bisa dikatakan produksi dan pendapatan mereka cukup stabil.

Alasan kenapa tidak membuat tusuk sate jadi ialah modal yang diperlukan sangatlah besar. Alat alat yang dibutuhkan untuk membuat tusuk sate memiliki harga yang mahal, selain itu juga tenaga kerja yang dibutuhkan juga banyak. Sehingga bu Puji sudah cukup puas dan bersyukur dengan rumah produksi bahan baku tusuk sate yang beliau miliki ini. Bagi beliau, selama mau bekerja keras dan tak lupa bersyukur, setiap rintangan yang ada pasti dapat dilalui dengan baik. Harapan beliau tentu saja agar terus diberikan kelancaran rezeki oleh Allah SWT. sehingga bisa terus melajutkan bisnis produksi tusuk sate ini, sebagai salah satu UMKM di Dusun Paras, Desa Karangnongko, Kecamatan Poncokusumo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline