Lihat ke Halaman Asli

Miftachul Jannah

Mahasiswa UIN Malang

Eksplorasi Budaya Lokal: Pembuatan Tempe oleh Warga Dusun Talun, Desa Kesamben, Kecamatan Ngajum

Diperbarui: 4 Januari 2024   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunjungan UMKM Tempe, dokpri

Di tengah pesatnya perkembangan industri pangan modern, sebagian masyarakat masih menjaga tradisi dalam pembuatan makanan khas lokal. Salah satunya terlihat di Dusun Talun, Desa Kesamben, Kecamatan Ngajum, dimana masyarakat setempat mempertahankan warisan budaya melalui pembuatan tempe yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Tempe merupakan salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh warga Dusun Talun karena mudah didapatkan dan harganya terjangkau. 

Salah satunya UMKM yang dijalankan oleh Ibu Samiati bersama suaminya tanpa adanya karyawan dan telah berdiri sejak lama. Terdapat 2 jenis tempe yang sampai saat ini masih dikelola oleh Ibu Samiati yaitu tempe kacang dan kedelai.

Tempe Kedelai, dokpri

Tempe Kacang, dokpri

Proses pembuatan tempe sendiri dimulai dengan persiapan bahan, termasuk kedelai, ragi, serta perlengkapan seperti wadah, kain bersih, dan tempat fermentasi. Pertama, kedelai direndam semalaman untuk menghilangkan kulit, kemudian kedelai dikukus selama 2-3 jam hingga matang. Setelah itu, pada sore hari, ragi mulai dicampurkan ke dalam kedelai yang telah dikukus sebelumnya, kemudian campuran tersebut dibiarkan fermentasi selama 24 jam. 

Setelah itu dipindahkan ke wadah fermentasi yang tertutup kain bersih. Proses fermentasi ini memberikan karakteristik tempe yang khas. Setelah itu, tempe dipadatkan ke dalam wadah atau cetakan daun pisang yang berbentuk lingkaran dan juga cetakan besar yang tertutup kain bersih, lalu dibiarkan selama 24 jam untuk proses pematangan. Setelah matang, tempe siap untuk dipasarkan. Proses pembuatan tempe ini bukan hanya sekedar teknik, tetapi juga mencerminkan warisan budaya dan tradisi masyarakat yang menjalankannya.

Setiap harinya Ibu Samiati memproduksi tempe kacang dan tempe kedelai sebanyak 7 kg per harinya. Tempe yang diproduksi oleh Ibu Samiati dipasarkan kepada penjual yang ada di pasar dan juga penjual sayur terdekat, selain memasarkan pada pedagang, Ibu Samiati juga melayani pesanan yang diminta oleh tetangga di sekitarnya. Ketika hari besar ataupun pada acara besar tertentu Ibu Sumiyati dapat menambah produksinya sampai dengan 12 kg tempe kacang dan tempe kedelai. Dalam pemasarannya, Ibu Samiati menjual tempe dengan mematok harga Rp.1.000 (Seribu Rupiah) untuk Tempe Kacang dan Rp. 2.500 (Dua Ribu Lima Ratus) untuk Tempe Kedelai.

Keunggulan UMKM yang dikelola oleh Ibu Samiati dalam pembuatannya masih menggunakan cara tradisional dan menggunakan alat-alat tradisional seperti saat mencetak tempe masih menggunakan daun pisang, bahan fermentasi masih menggunakan ragi tanpa adanya bahan kimia, dan proses produksi juga masih mengandalkan resep yang telah digunakan secara turun-temurun.

Tantangan dalam Produksi Tempe di Dusun Talun

Meskipun tempe yang dihasilkan oleh Ibu Samiati sangat diminati oleh masyarakat setempat, masih terdapat beberapa tantangan dalam produksi dan pemasarannya. Salah satu kekurangan yang mencolok adalh kemasan yang masih menggunakan plastik kresek. Meskipun begitu, Ibu Samiati menyadari pentingnya perubahan ini untuk mendukung lingkungan dan terus mengembangkan produknya. Sementara itu, kelebihan dari produksi tempe di Dusun Talun adalah penggunaan metode tradisional dan alat-alat tradisional. Proses pembuatan tempe masih menggunakan cara turun-temurun, seperti saat mencetak tempe yang masih memanfaatkan daun pisang. Bahan fermentasi yang digunakan adalah ragi tanpa adanya bahan kimia tambahan. Proses produksi yang mengandalkan pengetahuan turun-temurun ini menjadikan tempe dari Dusun Talun memiliki cita rasa yang khas dan autentik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline