Seiring berjalannya waktu, kita menjadi semakin akrab dan mengenal satu sama lain. Meskipun begitu, kita lebih sering berdua-berdua.Kukira aku akan paling akrab dengan Aira tapi ternyata dengan Jihan. Genap satu tahun berlalu, jadwal semakin padat. Aku fokus belajar untuk ujian akhir. Teman-temanku juga begitu, terkadang kita belajar bersama. Masa-masa ujian berlalu, untuk nilaiku ya Alhamdulillah bagus-bagus aja. Diantara kita semua Aira yang mendapatkan nilai paling bagus, ga heran soalnya dia emang pinter. Di akhir semester ini diadakan semacam kegiatan outbond. Terdapat banyak lomba yang paling banyak adalah lomba kelompok untuk kekompakan santriwati per-kamar. Untuk lomba individu aku memenangkan lomba cerdas cermat dan untuk lomba kelompok kami hampir memenangkan semuanya. Ini sangat menyenangkan! Kami mendapat banyak hadiah yang isinya terdapat snack, alat tulis, atau perlengkapan kebersihan.
Semester baru dimulai, kami mendapatkan satu teman kamar baru. Kasur di kamar kita bertambah satu menjadi 7. Nama teman kamar baru kita adalah Zara, saat pertama kali aku melihatnya aku sempat terkejut karena parasnya yang sangat cantik. Di hari pertamanya masuk pesantren, ia langsung terkenal dan mempunyai banyak teman. Walaupun parasnya yang cantik, ia tetap rendah hati dan orang yang asik diajak bicara.
Huhhh, aku mengeluh karena betapa banyaknya materi dan tugas yang ada di semester ini. Zara menghampiriku dan bertanya kepadaku "Kamu gapapa? mau aku buatin teh?". Aku hanya mengangguk dan berterima kasih. Ya, selain itu Zara emang baik banget. Aku sering merasa gaenak sih, cuman ya mau gimana lagi. Zara kembali dengan beberapa cangkir teh dan memberikan salah satunya kepadaku. Aku meneguknya, teh buatan Zara emang lebih enak daripada teh biasa rasanya kayak bisa ngademin pikiran. Kulihat Zara menghampiri yang lainnya dan memberikan teh kepada mereka. Zara emang terlihat nganggur, tapi sebenarnya tugas yang ia kerjakan sudah tuntas semua. Zara juga pinter banget. Gatau lagi, Zara paket lengkap udah cantik, rendah hati, baik, pinter lagi.
Sebentar lagi pesantren akan mengadakan camping di tempat yang tidak jauh dari sini, tentu saja dengan perizinan orang tua terlebih dahulu. Aku hanya membawa barang-barang yang sekiranya aku perlukan. Kami pergi ke sana dengan bis yang disewa oleh pihak pesantren. Sesampainya, kami membuat tenda bersama. Di malam hari, api unggun dinyalakan. Ini adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Selesai menyalakan api unggun kami pun pergi tidur. Aku terbangun, kurasa aku mendengar jeritan seseorang. Indera pendengaranku agak tajam jadi aku bisa mendengar suara dari jangkauan yang agak jauh. Bisa aja itu cuman khayalanku, soalnya ya sebelumnya aku sering denger sesuatu padahal ga ada apa-apa. Kulihat temanku tertidur pulas, namun aku tidak melihat Zara. Mungkin saja ia ke kamar mandi, aku pun tidur kembali. Aku bangun kembali karena sudah waktunya shalat subuh. Setelahnya aku tidur lagi, karena pada jam ini sampai jam tujuh kita bebas boleh ngapain. "Shafa, bangun". Aku terbangun karena mendengar suara yang tidak salah lagi suara Aira. "Kenapa?" tanyaku pada Aira sambil meregangkan badanku. "Ada pemberitahuan dari Ustadzah katanya ada satu santriwati yang hilang" Ujar Aira. Sontak aku langsung mencari Zara karena sepertinya dari pagi aku belum lihat dia. Aku menghela napas lega karena ada di luar tenda. "Kenapa? Nyari siapa?" Tanya Aira kepadaku. AKu hanya menggeleng.
Acara hari ini ditiadakan, kami semua mencari santriwati yang hilang. Namun, tidak ditemukan hasil apa-apa. Pencarian akan dilanjutkan besok, dan kalau tidak ditemukan hasil apa-apa lagi terpaksa acara dibatalkan dan dipanggil tim pencari. Di tengah malam aku terbangun lagi, kulihat Aira yang juga terbangun. "Kamu kenapa kok ga tidur?" Tanyaku pada Aira. "Aku nungguin Laila, katanya dia mau ke kamar mandi tapi kok ga balik-balik" Jawab Aira. Bisa kulihat ekspresi Aira yang khawatir. "Mau nyamperin?" Ajakku padanya. Aira hanya mengangguk, kami pergi ke luar tenda dan menggenakan sandal. Aira berjalan begitu cepat, sampai-sampai aku harus berlari menyusulnya.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H