Blangkejeren, Gayo Lues, Aceh
Bila membayangkan Tanah Gayo (Aceh) tentu yang terlintas di benak kita adalah tanaman kopi. Benar, kopi Arabika Gayo sangat terkenal, termahal di dunia dan telah bersertifikasi Indikasi Geografis (SIG) yang diberikan kepada MPKG (Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo). Selain kopi, Tarian Saman juga terkenal dan ditetapkan menjadi warisan dunia (The World Heritage) oleh UNESCO.
Namun kali ini, cerita tentang Tanah Gayo tidak terkait kopi dan Tari Saman, melainkan mengintip kuliner yang 'extraordinary'. Dan jarang masyarakat Gayo Lues sendiri mengenalnya. Makanan khas Gayo Lues yang terkenal adalah Ikan Pengat, seperti pepes (Eungkot Payeh) namun tidak dibungkus daun. Ada juga ikan sale yang biasa dimasak gulai atau pepes ikan jurung.
Sewaktu saya bertugas di Blangkejeren, sempat mampir di Kedai Bang Ondon. Sebut saja begitu, karena kedai yang berlokasi di samping Kompleks Kantor Bupati Gayo Lues ini tidak mempunyai papan nama. Bang Ondon adalah pemilik kedai itu, Jadi bolehlah disebut Kedai Bang Ondon.
[caption id="attachment_350627" align="aligncenter" width="442" caption="Bang Ondon menunjukkan cara masak (doc. pribadi)"][/caption]
[caption id="attachment_350628" align="aligncenter" width="442" caption="Telur Apam (doc. pribadi)"]
[/caption]
Rasa lelah dan kelaparan karena perjalanan jauh langsung sirna melihat makanan yang appetizing banget, namanya Telur Apem. Rasanya bukan lagi "Markotop" tapi "Markotip" super duper enaknya. Saking penasarannya, saya ke dapur dan melihat cara membuatnya yang ternyata sederhana banget. Dua buah telur dikocok bersama bawang merah, garam, daun bawang dan cabe rawit hijau yang semuanya dirajang halus. Kemudian panaskan cobek tanah liat (Bahasa Jawanya: layah) yang sudah diolesi minyak goreng.
Setelah agak panas, taruh lembaran daun pisang, diatur rapi diatas cobek. Kocokan telur dituang diatas daun pisang yang sudah mulai sedikit layu. Tutup hingga telur setengah matang. kemudian telur diaduk menggunakan sendok dan tutup kembali. Biarkan sampai matang. Nah, yang menggugah selera lagi adalah nasinya yang ditanak per porsi menggunakan daun pisang, dibungkus seperti arem-arem. Bukan lagi "Maknyus" tapi "Maknyos". Sebagai dessert nya tentu saja ngopi! Lengkap sudah perjalanan ini ketika perut sudah kenyang (kw)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H