Lihat ke Halaman Asli

Pengkhianatan Tanpa Kata

Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengkhianatan di Tengah Malam
-1-

"Sayang, hentikan. Nanti Yasima tahu, aku tidak ingin semuanya terbongkar dengan cara seperti ini," lirih Zehra, suaranya bergetar.

Ketika aku mengambil segelas air dari dapur, namun tiba-tiba, telingaku menangkap suara bisikan yang menggelitik rasa penasaran. Awalnya samar, seperti tawa kecil yang tak terduga di malam yang sepi itu.

Aku mengernyit, menghentikan langkahku. Bisikan itu semakin jelas. Seketika rasa curiga muncul, memaksaku untuk mendekati sumber suara yang seakan memanggilku.

Suara itu berasal dari kamar tamu yang kuberikan untuk Zehra---sekretaris sekaligus sahabat terbaikku. Pintu kamarnya sedikit terbuka, cukup untuk suara-suara itu keluar.

Namun, yang membuat darahku seakan berhenti mengalir adalah suara suamiku, Syar, yang juga terdengar dari balik pintu itu.

Hatiku mulai mencelos. Napasku tercekat, tidak mampu beranjak. Apa yang sedang terjadi di balik pintu itu?

"Yasima sedang di kamar, aku tidak bisa menahan kerinduanku padamu," bisik Syar, suaranya dalam dan penuh h a s r a t.

Aku menutup mulutku dengan tangan, gemetar. Rasa dingin menjalari seluruh tubuhku. Aku memaksakan diriku untuk melangkah, mendekat, meski hati kecilku berteriak agar aku mundur, agar aku tidak melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Namun kakiku terus melangkah.

"Tunggu, Sayang," Zehra melanjutkan, "Kita bisa melakukannya lain kali, bukan di kamar ini. Ini milik Yasima."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline