Di tengah dominasi gaya dialek gado-gado ala anak Jaksel, ada sosok bule yang merebut atensi lewat bahasa Jawa Suroboyoan yang sangat khas. Melalui logat medoknya, ia mengajarkan kita untuk mencintai bahasa daerah.
Dalam lawatannya ke Magelang, seorang pria bule memutuskan untuk mampir ke sebuah warung sederhana. Sosok wanita, rekan dari pemilik warung itu, langsung menghampirinya dengan sangat ramah.
"Do you sell foods here," tanya pria bule berambut merah.
"Souvenir?" jawab sang ibu dengan rasa percaya diri tinggi.
"No, no. Not souvenir. Foods. You have got foods here?"
"Are you speak Indonesian, no?"
Si ibu yang memang sudah buntu, mulai tenggelam dalam kebingungan. Ia tidak paham dengan apa yang dikatakan sang lalaki bule yang menghujaninya dengan beragam pertanyaan keminggris.
"Do you sell only drinks or also foods?" tanya si pria bule kembali memastikan. Entah mengapa bule itu terlihat sangat menikmati kebingungan yang dialami sosok ibu berjilbab itu. "I need to eat."
Alih-alih menawarkan makanan, sang ibu justru membuka lemari pendingin. Dia lantas menunjukkan berbagai jenis minuman yang tersedia di sana.
Si bule yang tengah asik melihat lawan bicaranya kebingungan lantas kembali bertanya, "What about foods?"
Dalam kebingungan yang merajalela, si ibu pemilik warung akhirnya keluar dari sarangnya, dan memotong pembicaraan. "Ok. To eat. To eat. Ok. Fried rice I have. Come here," sergahnya.
Singkat kisah, ketika si pria bule hendak memvideokan dirinya sedang memakan soto, ternyata dia bisa berbicara melalui dialek Jawa dengan khusyuk nan medok.
"Iki, Rek, pangananku wes teko. Iki ono soto ayam," kata sang lelaki bule tanpa rasa berdosa sedikit pun.