Rage Against The Machine ialah simbol revolusi dalam melawan ketidakadilan. Mereka menjadi jembatan antara musik dengan pergerakan. Band asal Amerika Serikat itu sudah membuktikan, musik dapat digunakan sebagai media protes yang paling keras.
Banyak orang menyebut bahwa periode 90-an menjadi era keemasan bagi jagat permusikan. Bagaimana tidak, berbagai subkultur musik tumbuh subur kala itu.
Heavy metal yang dilahirkan dari rahim musik rock, lantas menelurkan berbagai subgenre baru dengan ciri khas masing-masing, seperti death metal, grindcore black metal, thrash metal, nu metal, dll.
Kendati muncul banyak varian baru, ada satu hal yang agaknya tidak akan pernah berubah dari genre metal: penuh amarah dan semangat perlawanan.
Pasalnya, heavy metal telah menjelma menjadi subkultur yang membuat para penggemarnya tak sekedar menikmati musik, tetapi juga mengadopsi fesyen, pemikiran, dan perilaku idola mereka.
Salah satu genre metal yang lahir pada masa itu yakni nu metal alias hip metal. Band legendaris bernama Rage Against The Machine (RATM) dianggap sebagai pioner yang mengusung aliran tersebut.
Dibentuk pada tahun 1991 silam, RATM diawaki oleh Zack de la Rocha (vokalis), Tim Commerford (bassis), Tom Morello (gitaris), dan Brad Wilk (drummer).
Band asal Los Angeles, California, AS, itu merilis album perdananya yang berjudul "Rage Against The Machine" pada tahun 1992. Album itu lah yang melambungkan nama mereka. RATM berhasil mengubah sejarah musik metal untuk selamanya.
Kombinasi antara rock, hip-hop, funk, dan heavy metal, membuat RATM unik dan fenomenal. Apalagi, saat itu belum ada band yang memiliki nuansa musik serupa dengan yang mereka bawakan.