Jika pernikahan artis disiarkan selama berjam-jam, mengapa malam pertama mereka tidak?
Prosesi sakral satu ini memang menjadi dambaan bagi setiap orang, terlebih lagi bagi kaum jomlo. Kita semua pasti ingin menikah dengan berbagai macam pesta yang menjadi impian masing-masing.
Sebuah kabar bahagia memang pantas dipublikasikan. Akan tetapi, bagaimana jadinya jika prosesi itu menyita terlalu banyak ruang publik–melebihi takaran yang semestinya?
Dahulu, para pesohor akan menggelar pernikahan layaknya masyarakat pada umumnya. Kini, ritual sakral itu justru disiarkan langsung oleh media televisi (tivi) nasional, termasuk saat lamaran.
Saking giatnya berburu rating, stasiun tivi di negeri ini mulai melirik peluang baru dengan jalan mengintip ke dalam bilik-bilik pribadi para selebriti +62.
Bukan cuman sekali dua kali saja siaran pernikahan selebriti ditayangkan secara langsung di tivi nasional. Bahkan, ritual itu sudah menjadi tren di kalangan artis Tanah Air beberapa tahun terakhir.
Bagi kalangan artis, penayangan acara secara langsung seakan-akan menjadi 'syarat sah' dari sebuah prosesi sakral berupa pernikahan. Apabila rakyat dari Sabang sampai Merauke tak menonton ritual kawin mereka, maka tidak sah.
Entah mengadopsi budaya siapa, yang jelas aksi "pembajakan" besar-besaran stasiun tivi itu menciptakan kontroversi di hadapan publik. Banyak yang menilai bahwa penayangan prosesi sakral secara langsung semacam itu amat berlebihan.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat pun sudah sering mengeluarkan teguran. Alasannya, acara itu tidak memiliki nilai edukasi dan menyerap frekuensi siaran, yang sejatinya merupakan milik publik.
Meski begitu, ironisnya, masih banyak stasiun tivi nasional yang tetap dablek guna menyiarkan pernikahan kalangan artis Tanah Air secara langsung dengan porsi yang sangat barbar!