Selain memiliki militansi tinggi, emak-emak juga memiliki cara yang nyentrik, tapi tetap estetik buat melontarkan kritik kepada pemerintah. Apa itu pasal karet?
Begitu banyaknya jalan bergaya abstrak, apalagi saat musim hujan tiba, menjadi pekerjaan rumah yang tak ada hentinya bagi pemerintah daerah maupun pusat. Entah sudah berapa banyak korban yang jatuh akibat jalan yang aduhai rusaknya.
Sebab adanya jalan berlubang, sejatinya pemerintah sedang melatih masyarakat buat berkubang saja, daripada melintas dengan rasa aman, nyaman, dan santuy.
Kerusakan infrastuktur jalan, selain bisa berpotensi membahayakan keselamatan, juga mampu merusak kadar kegantengan dan kecantikan warga plus enam dua, lho.
Bayangkan betapa hancurnya hati kaum Hawa pada saat sudah bersolek on point selama berjam-jam dan bahkan berhari-hari, tapi justru kecipratan air di jalanan yang berlubang atau malah terperosok?
Apakah pemerintah kita selama ini tidak pernah berpikir sejauh itu? Sependek apa sih pikiran para wakil rakyat kita di sana? Apa mereka juga nggak tahu kalau harga skincare makin hari makin mahal? Aduh! Terlebih, skincare tidak ditanggung BPJS.
Terkadang otak saya demen mikirin hal-hal yang terkesan sangat konyol dan tak senonoh. Misalnya, apa jalanan di Negeri Plus Enam Dua butuh skincare biar bisa se-glowing artis drakor dan K-Pop, gitu?
Sebagai seorang netizen garis lucu, apa berlebihan jika saya berharap memiliki fasilitas jalan yang mewah, yang bagus, yang mulus, yang glowing, hah?
Jika tak cepat-cepat diperbaiki, adanya lubang yang menganga bisa bikin warga plus enam dua semakin resah sekaligus gelisah. Terciptanya kubangan juga bisa bikin basah padahal hidup sudah susah.
Mungkin hal itulah yang dirasakan oleh sosok emak-emak asal Lampung. Kontur jalan yang lebih mirip kubangan kerbau, membuatnya menguji batas kreativitas buat melakukan aksi protes yang estetik.