Lihat ke Halaman Asli

David Abdullah

TERVERIFIKASI

"Social Climber", Spesies yang Bertahan Hidup dengan Memanjat

Diperbarui: 28 Desember 2020   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi social climber. | Alysse Asilo esquiremag.ph

Seperti halnya Pan troglodytes, ras Homo sapiens pun memanjat guna bertahan hidup. Lantas, apa yang sebenarnya manusia panjat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?

Pan troglodytes atau yang lebih kita kenal dengan simpanse, merupakan klan kera yang memiliki kesamaan DNA mencapai 95 persen dengan makhluk hidup paling superior dan dominan di bumi, manusia.

Analisis itulah yang membuat sejumlah ilmuwan menilai bahwa simpanse ialah entitas paling purba dari Homo sapiens sebelum mengalami proses ovolusi.

Di ekosistem alaminya, santapan utama ras primata itu adalah buah-buahan dan dedaunan. Lazimnya, makanan tersebut hanya berada di pohon yang cukup tinggi sehingga diperlukan keahlian memanjat yang terampil untuk menjangkaunya.

Anatomi tubuh mereka memang didesain khusus untuk menonjolkan kemampuan dalam hal memanjat. Simpanse memiliki jari-jari kaki yang mirip dengan jari-jari tangannya untuk memudahkan mereka memanjat dari pohon satu ke pohon lain.

Tanpa keahlian memanjat, mereka akan mengalami kepunahan karena sebagian besar sumber makanan mereka berada di atas pohon. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan mereka dapat beradaptasi dengan melahap makanan apapun yang mampu mereka jangkau atau mungkin justru berevolusi menjadi spesies lain.

Rudapithecus, spesies yang diduga nenek moyang manusia. Mereka menegakkan tubuh dan memanjat dengan lengannya seperti simpanse era modern. | John Sibbick / University of Missouri nbcnews.com

Dalam kurun waktu panjang, simpanse berhasil mengubah keahlian memanjat mereka dengan berjalan menggunakan dua kaki (bidepal) sebagaimana manusia modern. Anggapan itu didasarkan pada penemuan sejumlah fosil oleh ilmuwan.

Di luar polemik teori evolusi, faktanya, manusia juga memanjat sebagai wujud dari mekanisme bertahan hidup. Dalam konteks ini, manusia tidak memanjat secara harfiah, tetapi memanjat dalam aspek sosial (kehidupan masyarakat).

Aristoteles mendeskripsikan manusia sebagai Zoon Politicon atau hewan yang bermasyarakat. Ia menilai bahwa Homo sapiens dikodratkan untuk hidup dalam masyarakat dan saling berinteraksi.

Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki sifat dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka akan selalu berupaya meningkatkan status sosialnya dengan cara melakukan mobilitas sosial. Salah satu mekanisme peningkatan kelas sosial dari rendah ke tinggi lazim dikenal dengan istilah panjat sosial atau pansos.

Hal itu tidak bisa dipisahkan dari status sosial yang dimiliki oleh seseorang yang meliputi jabatan, kekayaan, keturunan, dan pendidikan. Proses mobilitas sosial akan berimpak pada perubahan struktur sosial dan juga hubungan antar individu dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline