Lihat ke Halaman Asli

David Abdullah

TERVERIFIKASI

Merdeka Belajar, Bukti Pendidikan Kita Krisis Nalar?

Diperbarui: 14 Juni 2020   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merdeka Belajar | Dok. KEMENDIKBUD

75 tahun yang lalu, tepatnya 6 hari setelah Little Boy dan Fat Man dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat pada Perang Dunia II (1942-1945).

Kaisar Hirohito (1926-1989) berupaya membangun kembali bangsanya yang sudah porak-poranda. Dan pertanyaan yang pertama kali keluar dari mulut sang Kaisar adalah "Berapa jumlah guru yang tersisa saat ini?"

Para jendral dibuatnya bingung dengan pertanyaan tersebut. Lantas mereka menegaskan kepada sang Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan serta melindunginya meskipun tanpa guru.

Namun, Kaisar Hirohito kembali berkata, "Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam hal persenjataan dan strategi perang. Namun kita tidak tahu bagaimana mencetak bom sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar bagaimana kita akan mengejar mereka?"

"Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kerajaan ini. Karena sekarang kepada mereka lah kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan." Tegas Hirohito.

Apa yang diucapkan Kaisar Hirohito menegaskan betapa pentingnya guru dan pendidikan dalam membangun dan memajukan sebuah bangsa.

Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang unggul. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang masih memiliki masalah dalam dunia pendidikan.

Dalam mewujudkan tujuan tersebut, Mendikbud Nadiem Makarim mengusung konsep Merdeka Belajar sebagai solusi untuk mereformasi sistem pendidikan Indonesia.

Ia mendefinisikan konsep Merdeka Belajar sebagai kemerdekaan dalam berpikir, dengan terlebih dulu menerapkannya kepada guru. Menjadi masuk akal, karena tanpa guru yang baik tidak akan mencetak generasi bangsa yang baik pula.

Merdeka Belajar akan menjadi arah pembelajaran yang difokuskan pada peningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan kata lain, ada yang salah dengan sistem pendidikan kita selama ini.

Educational system | imgur.com/andresirhino

Sistem pendidikan kita seolah-olah diciptakan untuk mencetak robot yang bertindak berdasarkan sistem yang dibuat oleh penciptanya. Artinya, ia tidak dapat melakukan tugas selain apa yang diprogramkan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline