Menunggu kata-kata pecah dari bibir malam
aku menyemat nelangsa
menghitung waktu berputar
sambil merayu permainya keindahan
aku akui eloknya keanggunanmu
berlari
terjatuh batinku rapuh
terbebas lalu terpenjara dalam pusat kebijaksanaan
cinta membebaskan rohaniah sang dewi
tapi cinta menyingkap kebiadapan asmara
atas namanya aku selalu menjauhi subuh dan burung-burung pagi
atas namanya aku selalu mengetuk jendela mimpimu
seumpama pagi ini adalah temaram disurga
seumpama siang ini adalah langit pelukanmu dan darba kasih sucimu
aku pasti akan menukar seluruh syair terindah dalam setiap bait kitab semilirku
menjadi mahligai kata
yang tidak pernah disaksikan manusia
kecuali telaga nazam
tempat kita menukar perasaan
menempatkan ditempat sesungguhnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H