Lihat ke Halaman Asli

Banjir pada Penghujung Tahun 2021, Sebagai Dampak Krisis Iklim?

Diperbarui: 11 Februari 2022   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krisis iklim adalah tersangka primer atas peningkatan potensi bala yg terjadi yg tentunya diakibatkan sang konduite & denyut peradaban insan yg terus menggerus alam & lingkungan. Kerugian akibat  dampak krisis iklim terutama akan dialami pribadi bagi negara-negara berkembang yg terletak pada wilayah tropis & sub tropis lantaran sangat rawan terdampak fenomena alam, misalnya yaitu Indonesia. Terlebih  secara umum dengan mata pencaharian penduduknya jua amat bergantung pada hasil sumber daya alam yg sensitif terhadap perubahan iklim misalnya sektor pertanian & perikanan.
Dengan Indonesia adalah negara kepulauan yg jua rentan menggunakan sumber daya alam, juga akan mengalami bagian atas dampak krisis iklim.

Kerentanan rakyat terhadap bala memang nir semata dipandang menurut faktor cuaca. Dilandanya rakyat dengan bala banjir & longsor , modern pun memunculkan pencerahan tentang urgensi pemerintah pada mengantisipasi bala pada masa mendatang dengan menggunakan atau merencanakan aksi preventif yg nir pandang bulu, nir meninggalkan satu kalanganpun. Faktor sosial-ekonomi jua memengaruhi taraf keterpaparan & keparahan rakyat terhadap bala. Sebagai contoh, penduduk menggunakan strata sosial-ekonomi terbawah pada piramida kemakmuran merupakan korban bala ganda yg patut menerima perhatian primer.

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI, M Fakhrudin mengungkapkan bahwa terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan banjir. Faktor penyebab banjir yang paling utama adalah curah hujan. Intensitas curah hujan sendiri bervariasi, ada hujan lebat sampai hujan sangat lebat dan menghasilkan air yang banyak.
 Hal ini juga berkaitan dengan durasi atau waktu lama terjadinya hujan.

Fakhrudin menambahkan, hal ini juga karena kuatnya daya tembus tanah itu sendiri. Infiltrasi adalah proses dimana air hujan yang jatuh diserap dan diserap ke dalam tanah. Beberapa faktor dapat menyebabkan rendahnya daya serap tanah. Ini mungkin karena jenis penggunaan lahan, kelembaban tanah, atau kurangnya tanaman hijau subur.
 Air ini, yang tidak dapat diserap oleh tanah, mengalir  lebih rendah dan memasuki saluran air kecil atau sistem drainase yang biasanya ada di pemukiman. Kemampuan sistem drainase untuk mengembalikan air hujan  ke sungai atau laut  juga mempengaruhinya. Di masyarakat seperti Jakarta, sistem drainase cenderung datar, sekitar 40% di bawah permukaan laut.

Penyebab banjir
Secara ringkas, skema terjadinya banjir dapat dijelaskan sebagai berikut. Air alami terutama ditemukan di sungai, danau, dan lautan. Pada siang hari, matahari bersinar dan air menguap.
Tentu saja, air dari sungai, danau dan laut  juga menguap ke udara membentuk awan.
Jadi awan yang  kita lihat di langit sebenarnya mengandung uap air dari proses penguapan. Awan yang terbentuk dari proses penguapan ini terbawa angin ke daratan. Nantinya awan ini akan menurunkan uapnya dalam bentuk hujan.
Hujan ini bisa turun di mana saja, bisa di daerah pegunungan, hutan, pemukiman, dan masih banyak lagi.Namun, tidak semua air hujan bisa diserap oleh tanah. Terutama jika kemampuan menyerap tanahnya kecil.
 Air yang tidak bisa diserap oleh tanah ini akan mengalir ke tempat yang lebih rendah dan masuk ke saluran kecil.
 Saluran kecil inilah yang nantinya akan membawa air hujan ini kembali ke sungai.
 Banjir sekarang dapat terjadi ketika jumlah air yang tidak dapat diserap  tanah lebih besar dari biasanya.
 Bagian dari air hujan yang jatuh diserap ke dalam tanah dalam proses yang dikenal sebagai infiltrasi. Air hujan yang  diserap  dengan cara ini kemudian menjadi air tanah.  
 Namun, tidak semua air hujan  diserap oleh tanah. Apalagi jika daya serap tanahnya rendah.
 Air yang tidak bisa diserap oleh tanah ini akan mengalir ke tempat yang lebih rendah dan masuk ke saluran kecil.
 Saluran kecil inilah yang nantinya akan membawa air hujan ini kembali ke sungai.
 Nah, banjir bisa terjadi saat air yang tidak bisa diserap oleh tanah jumlahnya sangat banyak melebihi biasanya.
 Ini akan menyebabkan sungai penuh dan meluap dan menyebabkan genangan air atau yang kita kenal dengan banjir.

Samasama kita ketahui bahwa banjir seakan akrab dengan masyarakat Indonesia. Ya, banjir merupakan salah satu bencana yang setiap tahun sering melanda Indonesia. Hingga saat ini masalah banjir masih belum sepenuhnya bisa diatasi. Ketidaksadaran akan bahaya banjir dan penyebabpenyebab terjadinya banjir menjadi penyebab mengapa banjir rutin terjadi di Indonesia.

 Nah, yang bisa kita lakukan adalah mencegah terjadinya banjir dan menanggulangi bencana banjir. Karena banjir merupakan salah satu bencana yang bisa menimbulkan kerugian. Oleh sebab itu, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan bencana banjir. Karena banjir sering terjadi akibat masalah sepele, seperti membuang sampah sembarangan hingga menimbulkan penyumbatan.
 Lalu langkah apa yang bisa diambil bersama untuk menanggulangi banjir? 

Yang utama adalah menjaga lingkungan sungai atau selokan, sungai wajib dipelihara dengan baik. Jangan membuang sampah di selokan atau sungai. Kedua, hindari membangun rumah di tepi sungai. Sebaiknya bantaran sungai tidak dikembangkan untuk pemukiman. Hal ini dapat menyebabkan banjir dan perencanaan kota yang bergejolak, dan peningkatan tajam dalam drainase sungai dapat membahayakan pemilik rumah.

Solusi lain untuk pengendalian banjir  adalah penerapan program tebang pilih dan reboisasi. Pohon yang  ditebang perlu diganti. Menebang pohon yang telah berkayu kemudian di tanam kembali tunas pohon yang baru. Hal ini ditujukan untuk regenerasi hutan dengan tujuan hutan tidak menjadi gundul. Pengolahan volume sampah yang tepat juga bisa membantu mencegah terjadinya banjir. Lalu buatlah sumur resapan serta biopori agar air hujan lebih cepat meresap ke dalam tanah. Lantas rajin dan rutin memperbaiki dan membersihkan saluran air. Di wilayah tertentu bisa diadakan secara gotong royong, agar saat terjadi hujan deras, air tidak akan tersumbat dan mampu mencegah terjadinya banjir.


 Yuk peduli dengan lingkunganmu sekarang daripada merugi di kemudian hari akibat banjir!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline