Lihat ke Halaman Asli

Manusia Tanpa Otak

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Aku malu, Aku  takut, Tapi aku mau berubah. Namun susah, Terus bagaimana? – Manusia selalu terus bertanya dengan pertanyaan klasik tanpa sesuai realita “

Menurut saya banyak orang-orang di Bengkulu punya sebuah kisah serta tanggapan hidup yang luar biasa. Mengingat kembali sebuah kisah mata kuliah yang awal hingga akhir semesternya. Seorang dosen berparas unik selalu menggambarkan sebuah tayangan atau gambar yang sama setiap harinya.

Gambar 1.1

Anggaplah gambar biru itu tertulis Ideologi. Saya saja susah untuk mengingat gambarnya. “IDEOLOGI” disana menjadi dasar pegangan. setiap pertemuan hanya gambar itu saja yang ditampilkan. Terdengar bisik dari belakang “Bukannya kemarin bapak itu sudah membahas itu y?” ” Iyeee..dasar bapaknya pemalas ” dan saya hanya menjawab dengan raut muka seolah menyetujui. Bagaimana Tidak? Bapak dosennya memang selalu masuk telat. Tapi bukan itu yang ingin bapak itu sampaikan. Hanya saja saya dan yang lainnya tak jua menyadari. Manusia hidup berkelompok, saling berinteraksi serta berlingkungan sosial. Manusia itu sangat labil serta fleksibel. Ketika bumi bergoyang ke kiri atau ke kanan maka analoginya manusia akan bertahan. Tetapi ketika bumi mendayu maka analoginya manusia akan terbuai. Tapi sayang bumi tidak menggoyangkan diri kekiri atau kekanan malah mendayu membuat manusia menjadi sendu. Kembali pada gambar segitiga diatas, memiliki penjelasan dimana ideologi menjadi landasan. Dosen itu berkata ” Jika ideologi berisikan materi maka struktur sosial akan menjadi kehidupan orang-orang kapitalis. Tapi apakah semua manusia hidup berlandaskan materi? ” Contoh paling klasik TES CPNS! Dalam kehidupan sosial yang ada, perkembangan modernisasi seharusnya menjadikan manusianya untuk lebih mampu mengkritiki semua kejanggalan sosial. Rumor suap-menyuap pada penerimaan PNS selalu terjadi setiap tahunnya. Banyak yang terkoar, mengatakan bahwa dia menjadi PNS tanpa alibi uang. Jika itu ditanyakan kembali maka pihak pemerintah hanya membalikkan kata-kata dengan mudah. Mengapa? Media selama ini memberitakan semua hal tentang kasus itu berdasarkan orang masyarakat ekonomi rendah yang mencari peruntungan lewat jabatan PNS. Namun orang yang bekerja pada struktur pemerintah membalas dengan kalimat merasa difitnah itu menjelaskan materi bermain didalamnya.Ketika sosok orang berpengaruh dengan jabatan serta materi yang besar. Membuatnya mampu menutupi segala argumen tanpa bukti otentik. Jika dilempar lagi pada kasus yang lebih sederhana. Tentang cinta! Asumsi yang timbul adalah wanita akan mencintai laki-lakinya jika dompetnya tebal. Apakah itu benar? Tidak ada bukti otentik yang menunjukkan kecuali sosok laki-laki yang baru atau merasa duitipu oleh pacar sendiri. Kembali saya putar otak untuk mencari sisi kehidupan yang tidak dilandasi oleh materi. Termasuk saya, teryata ada bagian ketika saya tidak butuh materi namun sesungguhnya diiringi oleh materi yang berjalan selebar ikan teri. Namun hikmah dari pertanyaan itu. Manusia akan mampu merubah sebuah landasan meskipun itu kokoh hanya dengan satu goncangan tapi manusia tak akan merubah sebuah landasan jika dia mau menjadikan penegasan itu sebagai tantangan menuju kejayaan tanpa kesombongan. ” Jangan salahkan orang lain atas perubahan Namun lakukan pembenaran atas perubahan yang orang lain lakukan”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline