Jelang laga memperebutkan Piala Si Kuping Lebar, Don Carlo tidak mau sesumbar dengan sebutan "Unggulan", alasannya , "Ini hanya akan membuat tim terlena." Saat ini Los Blancos adalah Raja Eropa dengan koleksi 14 gelar juara Liga Champions, Real Madrid dianggap sebagai pusat gravitasi sepakbola klub dunia. Carlo Ancelotti dan putranya Davide Ancelotti adalah sosok di balik kesuksesan Madrid selama ini, mentransformasi tim dengan skuad muda dan bertalenta super selepas era Benzema dan punggawa senior lainnya. Membuat tim sebagai pencipta sejarah bukan mengenang kegemilangan sejarah masa lalu.
Bagi Ancelotti, sepakbola bukanlah hal yang rumit, sederhana saja. Ofensif dan Defensif. Hanya terdiri dari dua aspek ini. Bertahan menyangkut organisasi dan menyerang soal kreativitas.
Don Carlo memberikan pendapat ada kesalahan yang dilakukan pelatih generasi sekarang, jangan terlalu banyak mengatur, memberi instruksi pada pemain. "The more you shout, the less the players listen". Ini menggubur kreativitas. Ia lebih suka mengatur pemain pada saat kehilangan bola karena saat inilah pemain butuh fokus dan konsentrasi. Namun pada saat menguasai bola , pemain boleh berkreativitas. " Saya tidak akan menyembunyikan atau menghilangkan talenta pemain'.
Don Carlo, usia 64 tahun sudah bertekad hanya akan pensiun dari Real Madrid sebagai klub terakhir yang dilatihnya, walau tak tanggung ada desas-desus bahwa Brazil ingin merekrutnya melatih Vini Jr dkk di tim Samba, pelatih langganan final Liga Champions yang diakui. Sangat piawai mengatur tempo dan ritme permainan. Sosok yang dipuja pemain sebagai figur ayah yang selalu melindungi dan mengayomi, tidak sungkan dan gengsi untuk berdiskusi taktik dengan pemainnya dan memberikan ketenangan dalam situasi menegangkan. Ia menjadi legenda bukan hanya bagi Madridista tapi bagi sepakbola itu sendiri.
Tiga kali sebagai pemain dan enam kali sebagai pelatih tampil di final, ini adalah pengejaran trophy Liga Champions-nya yang kelima. Terbanyak diantara pelatih lain di atas bumi. Ia berada di tim yang tepat dan tim memiliki pelatih yang tepat dan hebat. Perpaduan yang tepat antara manajemen dan tim pelatih, Carlo Ancelotti adalah tipikal pelatih yang menghindari konflik dan polemik. Ia bisa menerima masukan dan kritikan demi perbaikan, sangat jarang bermasalah dengan pemain yang dilatihnya. Ia sukses memadukan pemain veteran seperti Luka Modric, Courtois, Toni Kross dengan bintang baru, Jude Bellingham, mantan pemain Dortmund yang menjelma jadi pemain Superstar, begitupun dengan Vini Jr, Joselu, Brahim Diaz, Rodrygo serta ada bakat baru Arda Guller.
Borussia Dortmund mendapatkan kesempatan berharga bisa tampil di final Liga Champions. Die Borussen memang tampil bagus di kompetisi ini. Dua lawan berat PSG dan Atletico Madrid berhasil diatasi. Apakah wakil Bundesliga ini akan mengikuti jejak final Liga Eropa lainnya, sensasi Atlanta mengalahkan tim tak terkalahkan dalam 51 pertandingan Leverkusen serta Olympiacos yang membuat kejutan menjuarai Liga Konferensi Eropa dengan mengalahkan wakil Serie- A La Viola Fiorentina. Sukses tim Hitam Kuning melenggang ke final juga tak lepas dari kontribusi pemain "Buangan". Beberapa nama pemain yang tersisih dari tim lain malah menjadi bintang di bawah pelatih muda Edin Terzic, usia 41 tahun. Sebut Jadon Sancho, Ian Maatsen, pemain keturunan Indonesia yang kini memilih memperkuat Suriname setelah tak dipilih Ronald Koeman masuk di timnas Belanda untuk berlaga di Euro 2024 dan Marcel Sabitzetir. Ada Niclas Fullkrug dan Felix Nmecha yang baru direkrut musim ini.
Edin Terzic menjadi fans Dortmund pada saat bermain di final 2013 kini menjadi pelatih kepala. Ia tentunya tidak akan melewatkan kesempatan emas ini, menjuarai Liga Champions dan mengalahkan Madrid di stadion Wembley adalah impian setiap pelatih sepakbola. Bukan hanya piala saja yang diterima tapi legitimasi serta sertifikasi tanpa sertifikat karir kepelatihan yang sempurna.
Ternyata, rivalitas Dortmund di Liga Domestik Bundesliga adalah klub Schalke, sesama tetangga Ruhr. Dortmund juga berbagi kesamaan dengan Klub Liverpool, menyanyikan You'll never walk alone. Lagu ini sering dinyanyikan fans pada hari pertandingan. BVB 09 The Black Yellows berdiri sejak tahun 1909 tidak bisa dianggap remeh.
Semangat ketahanan dan disiplinnya sering membuat sulit lawan menembus garis depan gawang, Ini menjadi final ketiga Dortmund dalam sejarah. Tahun 1997 sukses meraih piala dengan mengalahkan Juventus 3-1. Tahun 2013 saat dilatih Jurgen Klopp kalah di final lawan Bayern Munich 1-2 di Stadion Wembley. Kebobolan di menit akhir. Saat itu Dortmund masih diperkuat Lewandowsky, Gundogan, Nuri Sahin dan Marco Reus.
Dortmund mengajak 519 penonton dari karyawan tim, pemain U-12 hingga U-19, tim kebersihan hingga manajer untuk menonton langsung di Wembley serba gratis ditanggung klub. Final sekali ini juga akan menjadi laga terakhir Reus membela Dortmund serta Toni Kross, pemain Madrid yang akan menjalani laga terakhirnya sebagai pesepakbola. Perpisahan dengan kemenangan adalah perayaan yang tak akan terlupakan dan menjadi kenangan indah. Selamat ulang tahun Marco Reus kelahiran Dortmund 31 Mei 1989, 35 tahun yang lalu.
Sebagai catatan, Los Blancos belum pernah kalah melawan tim Jerman di Final Liga Champions dalam dua kesempatan, Akan tetapi Madrid pernah juga gagal di tiga laga final. Semoga pertandingan akan berjalan menarik dan seru walau ada suara yang mengatakan bahwa ini bukan final ideal. Final itu terjadi saat Real Madrid menghentikan laju Manchester City. Tetap bagi pemain hadir di final berarti berjuang all-out. Selebihnya faktor keberuntungan, kejelian pelatih dan kebugaran pemain menjadi penting. Hala Madrid!