Dalam pertandingan Argentina lawan Brazil, Jumat 24 November 2023, di ajang Babak 16 Besar Piala Dunia U17, kita terpesona menyaksikan remaja kelahiran 2 Januari 2006 membuat hat-trick bagi kemenangan tim Tango. Tim Samba seolah tak berdaya menahan pemain satu ini.
Claudio Echeverri, pengidola Lionel Messi menjebol gawang tim Kuning pada menit ke-28, 58 dan 71. Gol pertamanya lewat solo run adalah aksi individu yg brillian memanfaatkan celah pertahanan pemain belakang Brazil.
Setiap turnamen akan melahirkan bintang baru, apakah El Diablito, The Little Devil akan jadi bintang Piala Dunia U-17 sekali ini. Masih ada dua pertandingan yg harus dituntaskan oleh timnya.
Di semifinal akan berhadapan dengan tim Panser Jerman. Ia menjadi kapten tim dan miliki karisma, jiwa kepimpinan dan karakter layaknya pemain bintang Argentina sebelumnya.
Tendangan bebas dan gerakan eksplosif nya bagus, apalagi Argentina miliki beberapa pemain muda berbakat seperti winger Ian Subiabre, penyerang Agustin Ruberto yang sama seperti Echeverri telah mengoleksi lima gol dan menjadi top skorer bersama.
Claudio Echeverri mulai dipantau pencari bakat sejak ia berusia 10 tahun, River Plate merekrutnya dan Desember tahun lalu mengontrak secara Profesional dan bulan Mei kemarin, ia mendapat tempat di tim senior dibawah pelatih Martin Demichelis, nilai pelepasan kontraknya telah mencapai angka 25 juta Euro atau sekitar 343 miliar.
Konon Chelsea menunjukan minat tapi ia lebih suka bergabung dengan Barca meneruskan jejak idolanya Messi. Yang jelas Echeverri telah mencatat sejarah, seperti yg dikatakannya, "Tidak setiap hari kami bisa mengalahkan Brazil dengan angka 3-0" Kita ikuti jejak langka Si Setan kecil ini.
Pelajaran menarik dari Piala Dunia U17 adalah walau masih remaja dan imut tapi pola permainan mereka sudah seperti permainan senior. Spanyol dengan pola tiki taka, Brazil dengan gocekan individu, Inggris dengan kemampuan memainkan aliran bola yang enak ditonton, Senegal jagokan fisik dan jiwa petarung namun sayang harus tersisih dan angkat koper lebih awal. Iran yg mengejutkan bisa menumbangkan Brazil partai pembuka mereka.
Sepertinya berlaku hukum tak tertulis dalam dunia sepakbola, Kekalahan bukannya karena lawan lebih jago tapi keberuntungan yang memihak pada lawan. Timnas sudah terbentuk sejak dari usia muda, pola pembinaan, skema dan sistem sudah baku, pelatih tinggal memilih pemain yang tepat dan cepat menjalankan sistem tersebut.