Terima kasih adalah kata yang pertama terucap kepada pengurus PSSI yang berhasil mendatangkan Timnas Argentina sebagai Juara Dunia untuk bermain di stadion kebangaan nasional Gelora Bung Karno, Jakarta.
Tidak banyak negara yang bisa mendatangkan tim yang menjuarai Piala Dunia ke negaranya, walaupun Argentina datang dengan pemain pelapis tanpa Messi, Angel Di Maria, Dybala, Lautoro Martinez serta menurunkan pemain debutan dan mencadangkan Rodrigo De Paul, Enzo Fernandez, Alexis Mac Allister namun banyak pelajaran yang dapat dipetik dari pertandingan ini.
Harus diakui bahwa yang bermain bukan wajah asli Argentina yang menjuarai Piala Dunia namun kwalitas pemain lain juga tidak kalah bagusnya. Pamor ranking satu dunia pasti akan dijaga dan dipertahankan.
Disaksikan secara langsung oleh Presiden Jokowi dan 56,080 penonton, pertandingan dapat dikatakan sukses besar.
Sorak gemuruh penonton yang menggema memberikan dukungan bagi Timnas mampu membangkitkan semangat pemain Garuda untuk memperlihatkan performa terbaik mereka, semua pemain bekerja keras dan kompak menjaga pemain Argentina.
Bermain dengan pola man to man marking serta parkir di daerah belakang yang diterapkan oleh pelatih Shin Tae-yong dijalankan dengan disiplin oleh Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan.
Tidak ada pilihan lagi baginya kecuali memakai formasi parkir bis dan tidak memberi ruang bagi pemain tim Tango menembak langsung ke gawang Ernando Ari yang tadi malam berhasil menepis beberapa tembakan yang nyaris memberikan peluang gol bagi Argentina.
Walau skor berakhir dengan kebobolan 0-2 namun Indonesia berhasil mengimbangi dan sesekali cukup merepotkan barisan belakang Argentina.
STY layak diberi jempol, program naturalisasi dan pilihan pemain tepat walau masih perlu pekerjaan khusus memperbaiki finishing akhir di depan gawang lawan. Peluang sekecil apapun mesti dioptimalkan. Kejelian dan akurasi tembakan harusnya jadi prioritas terutama bagi pemain depan kita.