“…dan pemenang yang akan mewakili Indonesia ke Negara Gagnam Style, Korea adalahh… KIRTI PARKASH!”
Kata-kata emas ini tidak akan pernah saya lupakan, mewakili Indonesia dalam ajang Public Speaking merupakan mimpi saya semenjak saya terus dipercaya mewakili kampus mengikuti kompetisi pidato skala nasional maupun internasional di Indonesia. Mengikuti lomba pidato bukanlah hal yang saya impikan dari kecil, tetapi berkat saya “diceburkan” oleh pihak kampus untuk ikut dengan hanya berbekal berbahasa Inggris yang lancar, saya temukan kekuatan dan keterampilan yang terpendam dalam bidang ini, dan pada akhirnya saya pun menjadi rajin mengikuti lomba pidato yang ada di Indonesia.
Beberapa lomba pidato berskala nasional yang saya sudah ikuti dan menangkan seperti lomba menulis dan presentasi di Purwokerto, ALSA UI Depok, English festival di Lampung, English competition di Binus Internasional hingga kompetisi berskala internasional seperti International Public Speaking di STIKOM LSPR dan Asian English Olympics di Binus membuat saya lebih percaya diri dan berani berbicara di depan publik. Apalagi ditambah dengan selalu memenangkan lomba tersebut di kedudukan 1, 2 dan 3, juga 16 besar di tingkat Asia, mimpi saya untuk bisa mengharumkan nama Indonesia menuju tingkat yang lebih tinggi di luar negeri merupakan hal yang saya dambakan.
“Tidak ada angin, tidak ada hujan”, kata-kata inilah yang bisa saya ekspresikan untuk saat yang ditunggu-tunggu, tetapi tidak akan mungkin bisa dibayangkan. Ditawarkan oleh Wakil Rektor 3 kampus untuk bisa mewakili nama kampus tercinta dalam ajang National Public Speaking Competition, dimana pemenang juara pertama akan dikirim ke Gwangju, Korea Selatan, untuk mewakili Indonesia dalam ajang Asian-Pacific menjadi seperti mimpi bagi saya. Saya pun mengambil kesempatan itu tanpa memikirkannya dua kali, tetapi dengan rasa takut karena saya akan bertanding melawan para anak muda dari hampir seluruh Indonesia.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Lomba yang diselenggarakan di Bogor ini didukung penuh oleh staff dan teman-teman kampus. Kepercayaan mereka inilah yang membuat saya lebih deg-degan, apalagi jika saya tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka. Lomba pun berjalan dengan lancar, saya lolos ke babak final dan pada hari itulah, kata-kata emas yang diutarakan para juri dan penyelenggara lomba membuat saya merinding. Teman-teman saya yang ikut mendukung pada hari itu teriak histeris, dan saya tidak bisa berhenti meneteskan air mata sewaktu saya dipeluk mereka dan juga pada saat saya dipuji secara mendalam oleh wakil rektor kampus juga para petinggi kampus lainnya. Kemenangan apa lagi yang bisa lebih besar dari ini?
Kebanggaan saya tidak hanya berhenti sampai sini, tetapi lebih mendalam saat saya bisa menjadi kandidat satu-satunya untuk mengharumkan nama Indonesia di Gwangju, Korea Selatan. Indonesia berhasil menduduki posisi ke-4 dalam ajang Asian-Pacific Public Speaking Competition, melawan beberapa pemenang nasional dari Negara lainnya. Melihat bendera merah-putih berkibar disana membuat momen ini adalah momen yang paling berharga.
Indonesia, ini adalah hadiah terbesar untukmu. Kemenanganku, kemenanganmu Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H