Kita semua pasti pernah mengalami saat-saat dimana validasi uang diberikan oleh seseorang begitu penting terutama ketika kita memegang posisi dengan sejumlah tanggung jawab tertentu.
Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu ketika saya mencoba membuat orang terkesan dengan posisi, peran saya sebagai perupa---atau mahasiswa seni lebih tepatnya.
Saya menghabiskan hampir tiga tahun untuk memamerkan kinerja dan hasil terbaik saya, berharap untuk diakui sebagai seorang yang jenius, dan ini tidak hanya mencakup visual teknis pekerjaan saya, tetapi juga pengembangan ide dan makna dalam karya seni saya.
Harapan saya terbilang sangat tinggi saat itu, mengingat betapa kerasnya saya mencoba, dan dari semua upaya itu, saya gagal, hampir semuanya. Dalam setiap karya saya, saya mendapat nilai C dan B-. Saya mencoba untuk berpikir kembali untuk semua hal yang telah saya lakukan.
Dimana celahnya?
Kenapa aku gak pernah bersinar?
Apakah rekan kerjaku sehebat itu?
Apakah persepsi estetikaku buruk?
Begitu cara saya dalam mempertanyakan diri sendiri mengenai kegagalan di sebagian besar usaha saya. Sampai pada titik dimana saya begitu marah, kecewa dengan diri sendiri karena telah angkuh dan melebih-lebihkan kemampuan yang saya miliki. Saya berhenti berusaha melakukan yang terbaik dan menjadi tidak peduli dengan hasilnya. Anehnya, ketika saya berhenti memberikan usaha terbaik saya, saya membuka pintu baru, jalan, atau proses kerja yang belum pernah saya alami sebelumnya.
Karya saya yang sebelumnya tidak mendapat perhatian atau pujian selama beberapa tahun, kini muncul sebagai salah satu yang terbaik di antara rekan-rekansaya di lembaga seni.
Kedua karya saya berhasil dipamerkan dan mendapat banyak perhatian publik. Saya ingat seorang ibu berumur 50-an memberi tahu saya bahwa karya saya adalah yang terbaik dari semua karya di ruangan itu dan saya harus terus membuat karya seni yang mengagumkan.