Lihat ke Halaman Asli

Pasar Beringharjo: Surga Tempat Belanja bagi Para Wisatawan

Diperbarui: 17 Juni 2023   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Menurut banyak orang, Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata, yang patut di kunjungi ketika mengunjungi kota ini. Tidak hanya menyajikan wisata biasa semata, wisata di Jogja juga mengandung nilai-nilai sejarah dan filosofis. Wisata di kota ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, dimana hal tersebut dibuktikan dengan seringnya Kota Yogyakarta dijadikan sebagai tujuan liburan keluarga, sekolah, bersama teman, dan lain-lain.

Wisata di Yogyakarta yang paling populer menurut orang-orang ialah Malioboro dan sekitarnya. Sebab, Malioboro dianggap sebagai salah satu ikon dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah sekitar daerah Malioboro sendiri banyak sekali tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh masyarakat. Salah satunya adalah Pasar Beringharjo.

Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar di Kota Yogyakarta, tepatnya terletak di Jalan Pabringan No 1 di ujung selatan Jalan Malioboro. Pasar ini juga berdekatan dengan Benteng Vredeburg serta Taman Budaya. Pasar Beringharjo ialah pasar tertua di Yogyakarta yang memiliki nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Yogyakarta  karena telah melewati tiga fase, yakni masa kerajaan, penjajahan, dan kemerdekaan.

Pasar Beringharjo dikenal sebagai ikon pilar Catur Tunggal, yaitu keraton, alun-alun, masjid keraton dan Pasar Beringharjo, yang mana menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat Yogyakarta. Dari beberapa sumber, pasar ini juga mengalami pemugaran beberapa kali, sebagai lambang tahapan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan ekonominya.

Menurut beberapa sumber, awalnya wilayah Pasar Beringharjo merupakan hutan beringin. Kemudian, setelah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri pada tahun 1758, wilayah tersebut lantas menjadi tempat untuk melakukan transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selanjutnya, pada 24 Maret 1925, Keraton memberikan tugas kepada Perusahaan Beton asal Belanda (Nederlandsch Indisch Beton Maatschappij) untuk membangun tempat transaksi ekonomi tersebut agar dibangun menjadi sebuah bangunan permanen. Kontraktor Hindia Belanda tersebut membuat 11 kios untuk los-los pasar. Pembangunan Pasar Beringharjo tersebut berlangsung selama lima bulan dan selesai pada bulan Agustus 1925.

Nama pasar itu sendiri memiliki makna tersendiri, dimana nama 'Beringharjo' diberikan oleh Hamengku Buwono IX, yang mana memiliki arti wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).

Bangunan Pasar Beringharjo secara umum terbagi menjadi dua bagian, yaitu barat dan timur. Di bagian tengah pasar dipisahkan oleh keberadaan jalan tembus sebagai penghubung antara Jalan Lor Pasar dengan Jalan Pabringan. Bangunan utama di bagian barat sendiri terdiri dari dua lantai, sedangkan bangunan di bagian timur terdiri dari tiga lantai. Pintu masuk utama pasar ini terletak di bagian barat, tepat menghadap langsung ke Jalan Malioboro. Pada bagian barat Pasar Beringharjo terdapat gerbang pasar yang bentuknya adalah bangunan kembar. 

Pintu gerbang utama ini adalah bangunan yang memiliki ciri khas kolonial dengan tulisan Pasar Beringharjo menggunakan aksara Latin dan aksara Jawa. Di samping kanan dan kiri gerbang terdapat beberapa kios kecil yang menjual pakaian batik dan barang-barang lainnya.

Sumber: Dokumen Pribadi

Pasar ini menggabungkan antara konsep tradisional dengan modern. Di mana terdapat eskalator yang dominan digunakan di pasar area barat dan menggunakan tangga untuk daerah pasar di area timur. Daerah barat sendiri memang terlihat lebih modern. Sedangkan daerah timur lebih menonjolkan tradisionalitas pasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline