Lihat ke Halaman Asli

Be a Real Student!

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1331033134355392376

Menjadi mahasiswa tentu tidak segampang dengan menjadi siswa sewaktu masih   berada di bangku sekolah SD,SMP, dan SMA atau sederajatnya, yang hampir bisa      digambarkan hanya mengelola data dan fakta. Namun, ketika memasuki perguruan    tinggi maka, peranannya akan berubah menjadi pengelola eksistensi. Pergeseran    siswa menjadi mahasiswa memiliki makna yang sangat berbeda, dengan  penambahan “maha” diharapkan bisa memberi kontribusi yang lebih besar  terhadap sebuah perubahan. Maha yang juga berarti tinggi derajatnya, besar pengaruhnya diderivasikan dengan manusia yang mampu mengembang tugas-tugas keilahian serta mampu memadukannya dengan tugas kemanusiaan.

Mahasiswa dan Peran kemanusiaan

Jika dicermati secara seksama, pengaruh dunia globalisasi yang berkembang sekarang ini dengan berbagai macam implikasinya, seakan telah mematikan daya kreativitas bagi mahasiswa. Daya kreativitas bagi mahasiswa yang dikenal analitis-kritis telah mengalami pergeseran drastis menuju ranah pragmatisme. Pragmatisme merupakan faham yang hanya mengutamakan kemanfaatan dirinya tanpa melihat aspek yang lain. Padahal, mahasiwa sangat diidentik dengan kaum intelektual yang mampu berfikir secara integratif-konfrehensif.

Peranan mahasiswa sebagai the creator of change (Penggagas perubahan) dan the agent of social control (agen pengontrol sosial) harus menjadi ciri khas kemahasiswaannya. Ciri kemahasiswaan yang mampu mengembang amanah akademisnya, aktivitasnya serta peran kemanusiaanya terhadap masyarakat.

Dunia kemahasiswaan yang diselimuti dengan pragmatisme ini, hampir telah merongrong dunia kampus sekarang ini, tanpa terkecuali, apakah perguruan tingginya negeri ataupun swasta. Semua kampus selalu mengedepankan nilai-nilai kemahasiswaan yang mengarah pada kesuksesan yang temporal. Padahal, bila ditelisik lebih jauh, ada sejumlah agenda besar yang harus mahasiswa realisasikan segera, di tengah hiruk-pikuknya kehidupan mahasiswa tidak menetu, ditambah lagi sokongan dan dukungan iklim yang menghipnotis. Dan tidak ada jalan lain, kecuali menhamba kepada sikap apatis dan hedonis.

Realitas empiris tentu telah mewartakan, bagaimana degradasi moral yang hilang dalam diri mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak lagi mengenal identitas dirinya sebagai bagian elit intelektual masyarakat, sebagai bagian elemen civitas academika yang secara emosional masih memiliki  jiwa independensi serta semangat membara untuk mempertahankan dan mempertaruhkan idealismenya sebagai pemuda.

Peranan Mahasiswa Muslim

Adalah sebuah keistimewaan tersendiri bagi kita sebagai bagian mahasiswa yang berstatus muslim dan kuliah di kampus berlabelkan Islam, yang masih memiliki perhatian dan konsentrasi dalam menjalankan kewajiban kita sebagai manusia Muslim. Dunia yang mengitari kehidupan kita ini saat ini, telah banyak tercemari oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, dan sebagai mahasiswa Muslim, tentu dalam hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Perwujudannya adalah bagaimana misifikasi pergerakan kita sebagai mahasiswa muslim dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Tugas mahasiswa Muslim tentu tidak hanya mendakwah ajaran Islam hanya berputar pada kerangka teoritis saja, namun, lebih dari itu, Mahasiswa muslim tentu harus bisa mengartikulasikan kebenaran Islam dalam wujud nyata, yaitu dunia masyarakat. Bilamana kita sejenak menengok sejarah perjuangan mahasiswa, khususnya mahasiswa Muslim (Baca: Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah II) tentu yang akan kita temukan adalah butiran-butiran jasa para pemuda secara kemampuan akademisi tidak bisa diragukan lagi.

Apa yang dikatakan oleh Abrahasanic bahwa Mahasiswa merupakan The Agent of Change dan The Agent of social control merupakan bentuk konkrit dari peran dan fungsi mahasiswa, terlebih lagi mahasiswa Muslim.

Merindukan Mahasiswa Profetik

Di tengah arus globalisasi, yang setiap saat menghembuskan nafas perubahan tentunya sangat memberikan dampak negative bagi mahasiswa. Globalisasi seakan-akan mendoktrin mahasiswa untuk selalu  menciptakan musuh-musuh, globalisasi selalu menawarkan kompetisi-kompetisi golongan, yang sehingga berdampak pada karakter mahasiswa yang mulanya idealis menjadi sangat pragmatis (Baca: Keadaan Mahasiswa Kampus).

Saat ini, jarang sekali kita menemukan sekelompok mahasiswa yang masih menyibukkan dirinya dengan kegiatan moral dan Intelektual. Kita sudah tersandra oleh wacana-wacana temporal, yang hanya bersifat semu. Sehingga mindset kita juga mulai terkooptasi dan berimpas pada pola sikap dan pola prilaku kita. Sehingga tidak heran, bilamana kita menyaksikan media saat ini, goresan-goresan yang mahasiswa ciptakan justru tidak mencerminkan posisi dia sebagai mahasiswa, dan paling terdekat adalah realitas mahasiswa-mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, meskipun tidak semuanya.

Oleh karena itu, yang paling dibutuhkan saat ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang secara afektif (Moral) bisa diteladani dan secara Kognitif (Kecerdasan) bisa diandalkan dan secara Psikomotorik (Tindakan) bisa diharapkan. Mungkin dari forum kecil ini, mahasiswa yang diidam-idamkan itu lahir dan menjadi penggagas Moral force (kekuatan moral) demi memperkuat eksistensi bangsa dan Negara kita dan terkhusus lagi bagi umat manusia seluruhnya. Bahwa apa yang harus kita sadari bersama adalah bagaimana pemahaman Keislamanan, Keindonesiaan dan Kemahasiswaan kita bisa menjadi virus-virus perubahan demi terciptanya Mahasiswa-mahasiswa Profetik.

Sekian

Wassalamu ‘Alaikum wr. Salam Mahasiswa ……. Kiraman Kamaluddin Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga sekaligus Pemerhati Gerakan Mahasiswa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline