Lihat ke Halaman Asli

Gadis Kerudung Merah Jambu

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kisah ini berawal di penghujung senja Bulan September,

Ketika itu saya lagi lari sore di pantai berniat untuk membuang lemak-lemak yang mengganggu di raga saya dan mungkin juga berada dalam jiwa saya. Sambil mendengarkan musik saya terus berlari dengan harapan bisa menemukan sosok yang bisa mengusir kebosanan di dalam diri saya  (sambil menyelam minum air) hahahhaha....

tapi sudah kurang lebih 500 KM kaki saya melangkahkan kaki saya, tapi belum saya lihat sesuatu yang menarik di sepanjang perjalanan saya, terus saya pacu kaki saya untuk tetap berlari dengan nafas yang mulai berirama cepat seperti kereta api yang berlaju cepat di jalurnya.

dan tubuh ini pun mulai merasa lelah dan saya lanjutkan dengan berjalan saja sambil menengok kiri kanan berharap menemukan penjual air mineral. sampai di penghujung jalan tak satu pun penjual yang saya temui, satu-satunya kedai minuman sudah saya lewati. dan saya berniat mengakhiri jalan sore saya dan pulang kerumah, karena matahari mulai memberikan isyarat bahwa dia akan istirahat sejenak dan digantikan oleh bulan. di iringi sinarnya saya berjalan kembali menuju kedai minuman yang telah saya lewatkan tadi, dalam perjalan tidak satupun juga yang menarik dipandang kecuali sinar sunset yg semangkin meredup. beberapa langkah sesampainya saya di kedai minuman itu saya melihat sesosok yang saya cari sepanjang perjalanan tadi, dia sedang membayar minuman yang diambilnya dari lemari es si penjual, tak tau pasti apa yang dia pilih untuk melepaskan dahaganya, dan saya masih termenung di sebarang jalan menikmati indahnya objek yang berada di depan mata saya. kami sempat bertemu pandang sebentar dan dia tersenyum padaku atau mungkin ada seseorang sekitarku yang menarik baginya,,, tak berkedip mataku menikmati indahnya sosok di seberang jalan sana yang mulai meninggalkan kedai yang ingin ku tuju.

dalam benak ku berpikir, setelah begitu banyak orang yang pakai jilbab mengapa dia begitu kuat sinarnya di banding mereka.Dan sampai akhirnya aku sadar bahwa dia sudah hilang dari pandanganku bersamaan matahari senja itu.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline