Lihat ke Halaman Asli

Awas Kaca

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gagal menyimpan data. Silahkan lengkapi Post pada isian di bawah ini....
arghhh...ternyata ada "field" yang berteriak seolah menuntut harus dilengkapi...
hmm...pentung didahi seakan berkata...awas kaca...coba dicermati!!!
waduh...galah batas permainan, bila ditabrak senda-gurau tak berbuah nanti...

adat bagai derit derita memilih suatu permainan bersangkar kehidupan...
tabiat bagai corak caruk menggemari noktah kebersamaan dalam pos penjaga pilihan...
adat dan tabiat bagai kaca morgana yang berlayar tuan yang menawan...
bagai peri beruban yang berubah ubah wajah membelai aroma pikatan...
bagai pena mencoblos kata memilih, berarti ikrar berserah diri untuk tertawan...

lantas apa yang membedakan kaca kehidupan berdecak kagum sang tuan?
laksana apung-apung jaman, dipermainkan gelombang kampanye asap membakar ikan...
bukankah luka di tangan karena pisau persaksian yang mengoyak lembar ingat tujuan?
bukankah luka di hati karena kata sumpah
terbungkus janji yang mendung menatap awan?

sedang kaca kehidupan alam semesta sungguh tegas menggariskan...
dari telaga langit yang jernih, tak akan mengalir air mani yang keruh kepemilikan...

bilakah terdera tanya, awas kaca morgana kocek disaku manusia tertawan?
perlukah alam semesta kembali mengadili bumi yang sarat fata-jiwa-morgana yang melawan?
hinggakah rodi digilas roda, bila mangga berpunten yang mengabarkan...
....ssst...awas kaca saat milik tuan waktu yang besar, yang satu tak terlawankan....[196]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline