Meskipun tembang Lir Ilir sudah ada sejak abad ke-16, namun liriknya masih relevan sampai saat ini. Sejak saya berusia SD sampai sekarang sudah berkeluarga dan punya anak, masih selalu terngiang apabila mendengar tembang ciptaan Sunan Kalijaga ini. Banyak petuah kehidupan dan beragama yang terkandung dari setiap liriknya.
Pada saat itu, tembang Lir Ilir dikenal sebagai tembang dolanan (mainan) yang dalam liriknya menggunakan kata perumpamaan. Meski sekilas hanyalah dolanan, Sunan Kalijaga mencoba untuk mengajak masyarakat Jawa memeluk, meyakini, dan mengamalkan agama Islam secara perlahan tanpa menabrak tradisi yang sudah lama berkembang. Upaya ini mencontoh Nabi Muhammad SAW dalam dakwah kepada umatnya.
Dalam liriknya juga mengingatkan bahwa kita ada di bumi ini sebagai pemimpin. Tugas kita harus bisa membawa dan menyampaikan hal-hal kebaikan yang telah di perintahkan oleh Allah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Mihammad SAW dalam hadits Bukhari yang artinya : "Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
Adapun lirik asli tembang Lir Ilir sebagai brtikut :
Lir ilir lir ilir tandure wis sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon cah angon penekna blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekna kanggo mbasuh dodotira
Dodotira dodotira kumintir bedah ing pinggir