Jodoh, pati dan rezeki manusia itu sudah ditulis oleh Alloh SWT sejak lima puluh ribu tahun sebelum langit dan bumi diciptakan. Hal ini mengandung makna bahwa manusia yang hidup di muka bumi ini tinggal menjalankan dan menikmati terhadap apa-apa yang telah ditakdirkan Alloh SWT.
Apabila kehidupan manusia di muka bumi ini diibaratkan sebagai sandiwara, maka manusia berperan sebagai pemain sedangkan Alloh SWT sebagai sutradaranya. Apapun yang telah ditulis oleh sutradara maka pemain harus menjalankan. Pemain yang baik adalah mereka yang bisa menjalankan perannya sesuai perintah dan kehendak sang sutradara.
Perlu diketahui bahwa apa saja yang menempel didalam tubuh manusia, mulai dari ujung rambut kepala sampai ujung kaki, semuanya sudah ditentukan oleh Alloh SWT. Termasuk pula hal-hal di lingkungan sekitarnya, semuanya Alloh SWT yang menentukan. Tugas kewajiban manusia hanyalah menerima, menjalani dan mensyukuri.
Sebaik-baiknya manusia sebagai hamba Alloh SWT adalah mereka yang bisa menerima semua yang dimilikinya, menikmati apapun yang dijalaminya, dan mensyukuri hasil akhirnya. Perlu dipahami bahwa apapun yang dimiliki manusia, berapapun jumlahnya dan bagaimanapun keadaannya, semua yang telah diberikan oleh Alloh SWT kepada manusia itu adalah hal yang terbaik untuk dirinya.
Hal ini sesuai dengan firman Alloh SWT dalam surat Al-Baqoroh (216) yang artinya : "Barangkali kalian benci pada sesuatu, padahal itu baik bagi kalian. Dan barangkali kalian senang pada sesuatu, padahal itu jelek bagi kalian. Sesungguhnya Alloh SWT Maha Mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui". Yang perlu digarisbawahi tentang baik dan jelek disini adalah menurut pandangan Alloh SWT.
Dengan demikian, tugas manusia hanyalah bersyukur terhadap semua pemberian Alloh SWT kepadanya. Pentingnya bersyukur ini diperintahkan oleh Alloh SWT dalam Al-Quran surat Ibrahim (7) yang artinya : "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) lebih banyak kepada kalian, dan jika kalian ingkar, maka pasti siksa-Ku sangat berat." .
Menurut pandangan beberapa ulama, apabila Alloh SWT memberi perintah kemudian kalimat selanjutnya disertai ancaman, maka perintah itu hukumnya wajib. Makna "wajib" dalam beberapa riwayat hadis Nabi Muhammad SAW mengandung arti, apabila hal itu dilakukan maka akan mendapatkan pahala, dan apabila hal itu ditinggalkan, maka mereka akan mendapatkan siksa.
Lalu bagaimana praktek bersyukur ini? Untuk menjabarkannya, harus perlu dipahami terlebih dahulu tentang hakikat hidup manusia. Dalam hidup di muka bumi ini, pada hakikatnya manusia memiliki hubungan vertikal dan horizontal. Hubungan vertikal menyangkut peran manusia sebagai hamba Alloh SWT yang harus mentaati dan menjalankan perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya. Sedangkan hubungan horizontal menyangkut hubungan sesama manusia, sebagai makhluk individu san sosial, yang harus saling menghormati, menghargai dan memperhatikan.
Berkaitan dengan hakikat hidup manusia ini;ah, maka wujud syukur juga harus mengarah pada dua tujuan, yakni kepada Alloh SWT dan kepada manusia. Semuanya berupa ucapan dan perbuatan. Mengapa bersyukur kepada manusia juga diperintahkan? Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW dalan hadis Bukhari yang artinya : "Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka berarti dia tidak bersyukur kepada Alloh SWT". Ini mengandung makna bahwa wajibnya bersyukur kepada manusia sama dengan wajibnya bersyukur kepada Alloh SWT.
Praktek Bersyukur