Lihat ke Halaman Asli

INILAH CARANYA AGAR SI KOMO TIDAK LEWAT JAKARTA

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Jakarta terkenal dengan macetnya. (Macet lagi macet lagi, gara-gara Si Komo lewat…..)Kalau bukan macet ya namanya bukan Jakarta. Apakah kita sebagai warga Indonesia khususnya Jakarta bangga dengan julukan seperti ini? Saya mengamati system transportasi di Hongkong dan saya pingin berbagi informasi dengan pembaca semuanya.

System transportasi disini tidak menggunakan kejar setoran (dapat uang yang banyak). Mereka menggunakan system waktu. Untuk bus gede atau mini bus, memiliki schedules time. Bus akan berangkat sesuai waktu yang telah ditentukan, biarpun cuma membawa seorang penumpang ataupun tidak ada penumpang. Pada saat jam sibuk, armada bus ditambah dan waktu stand by-nya dipercepat. Sedangkan diluar jam sibuk, armada bus-nya dikurangi supaya tidak memenuhi jalan/terminal. Untuk ongkos pembayaran dibedakan sesuai umur. Untuk anak-anak dan lansia dikenakan tarif setengah dari tarif orang dewasa.

Bos saya termasuk orang yang sangat kaya dan memiliki mobil sendiri. Mereka hanya menggunakan mobil pada hari libur (sabtu & minggu), itupun jika semua anggota keluarga ada keperluan untuk pergi keluar. Kalau kerja mereka menggunakan transportasi umum. Alasannya lebih ngirit dan tepat waktu. Alasan lain yang dikemukakan cukup membuat saya geli yaitu bayar parkirnya mahal.

Di Jakarta bus tidak akan berangkat kalau penumpangnya belum ada/belum memenuhi isi bus.mereka memikirkan kejar setoran dan uang yang masuk saku.

*bagaimana kalau bus di Jakarta juga memprioritaskan waktu, jadi sistemnya diubah yaitu dengan diberi gaji yang tetap tiap bulan.(kaya orang kantoran gituh)

*untuk menarik minat para penumpang yang mempunyai kendaraan pribadi, gimana kalau tarif bensin/solar/premium/dss, dinaikan untuk kendaraan pribadi. Karena tidak mungkin kalau ongkos parkir yangdinaikan, perkantoran memiliki gedung sendiri. (yang punya kendaraan pribadi pasti g setuju nih, ingat mikirin rakyat kecil dan apa kita mau tetap seperti itu-itu saja?mau menjadi bangsa yang maju ga? Yang dinaikan untuk kendaraan pribadi yah! Bukan transportasi umum/barang.)

*kalau seandainya para pemilik bus tidak setuju dengan system gaji, cabut aja izin ……(ga tau apa namanya, yg pasti ga boleh busnya beroperasi lagi.(harus tegas)). Kalau masih melanggar busnya diambil aja jadi milik rakyat dan beroperasi dengan system yang berlaku.( Kini yakin masih banyak para supir yang mau kerja)

*polisi harus dikerahkan disetiap terminal dan halte. Orang-orang disini kalau nungguin bus ya harus ngantri, baris membentuk satu garis lurus. (kaya ngantri di bank).

*untuk ongkos, jauh-dekat sama.

*kapasitas penumpang tidak boleh melebihi tempat duduk yang ada untuk mini bus.(ga ada yang namanya berdiri)

Diperlukan ketegasan hukum dan aparat yang tidak korup. Untuk membrantas aparat korup diperlukan suatu badan yang akan menindak siapa saja aparat yang korup dg tegas. Mereka bisa menyamar sebagai penumpang. Susah emang mencari orang yang benar-benar menegakan hukum tanpa pandang bulu dan tanpa mata hijau. Kalau menurut saya, orang seperti ini adalah orang yang sudah memahami tujuan hidupnya yaitu cinta dan pengabdian hanya untuk Allah.(dimana nyari orang kaya gini yah??????????).

Di sini ada satu badan yang khusus menangani siapa saja yang korup/ money under the table. Ada aparat atau instansi(atau apa saja) yang meminta uang sebagai balasan. Kita cukup telpon dan melaporkannya. Mereka akan menangani dan menindak tegas.

Dengan system transportasi yang mudah, saya yakin banyak turis yang akan datang ke Negeri kita tercinta.

Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline