Sebagai pendukung Prabowo-Hatta, sejujurnya saya demikian gerah dengan tingkah pola Partai Demokrat yang demikian lamban menentukan sikap. Walau pada akhirnya PD mennyatakan dukungan ke Prabowo Hatta, saya berasumsi bahwa itu sudah tidak berarti. Sebagian pengurus daerah sudah terlanjur bergabung dengan jokowi.
Pada momen-momen paling krusial, ketika pilpres tinggal menghitung hari, saya masih menunggu SBY mengeluarkan instruksi pada PD untuk secara total memenangkan PH. Lagi-lagi saya kecewa, yang saya tunggu tak juga terucap dari SBY. Saya lalu berkesimpulan; SBY setengah hati memenangkan Prabowo Hatta. Bukankah ini adalah momentum tepat bagi SBY untuk membalas oposisi PDIP. Bukankah yang bergabung di koalisi SBY adalah partai-partai koalisi PD? Disana ada PPP, Golkar, PKS, PAN yang ketuanya adalah besan sekaligus Cawapres..? Apalagi yang SBY tunggu..? Lalu mana terimakasih SBY pada partai-partai yang telah membantunya di kabinet..?
Lalu, sehari menjelang penetapan KPU, ketika SBY mengundang dua pasang kontestan, Prabowo Hatta dan JokowiJk, dalam jamuan buka bersama,- saya tersadar -- inilah SBY. Ya, SBY benar. Inilah yang tidak terpikir oleh saya, dan mungkin sebagian pendukung PH. SBY telah menempatkan diri secara benar.
Barangkali, dengan status kepala negara, SBY memang tidak perlu diseret-seret dalam kubu yang berseteru. Biarlah kepala negara tetap dalam porsinya sebagai kepala negara sebab ada kepentingan bangsa yang jauh lebih besar yang harus ia jaga; keutuhan bangsa? Saya lalu menerka-nerka, seandainya SBY secara tegas mengambil sikap mendukung salah satunya, apakah akan ada jamuan buka bersama yang dihadiri oleh kedua kontestan? Bukankah jokowi tak perlu hadir andaikan SBY berpihak pada PH..? Dan kalau demikian siapakah yang akan mencairkan kebekuan, kegangan, antara dua kontestan yang sedang 'siaga satu'..? apakah ketegangan diantara pemimpin tidak akan berimbas pada pendukung yang sedang berhadap-hadapan..?
Harus diakui, sepele memang, tapi jamuan buka bersama oleh SBY telah menormalkan nafas para pendukung yang tadinya sesak disulut penantian penetapan pemenang. Belum lagi isu-isu tak kondusif berkembang demikian liar. Ya, SBY telah memosisikan diri secara benar.
Pada titik inilah, bangsa ini, dari kubu siapapun, harus menaruh hormat dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya untuk SBY. Kita semua harus belajar banyak padanya. SBY telah menjaga keutuhan bangsa dengan sangat baik, terlepas bahwa penetapan KPU sedikit menimbulkan riak. Dan pelajaran paling berharga adalah SBY selaku kepala negara selalu sadar pada dimana ia harus berposisi, tanpa harus dendam pada yang oposisi.
SBY telah menorehkan sejarah berhargs bagi bangsa, dimana semua orang, tak terkecuali PDIP, terutama Ibu Mega, harus belajar banyak; bahwa memosisikan diri secara tepat itu penting, sama pentingnya dengan membangun komunikasi politik yang begitu sulit dilakukan Ibu Mega.
Terimakasih SBY, Anda boleh saya sebut negarawan sejati. Anda mengakhiri pengabdian sebagai Presiden Republik Indonesia dengan KHUSNUL HATIMAH.
#IndonesiaBaikBaikSaja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H