Lihat ke Halaman Asli

kingkin kts

antropogenik

Cerpen | Hidup Memang Absurd, Jangan Cemas Berlebihan!

Diperbarui: 2 Februari 2020   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Desa Giring. Dokumen Pribadi

Masih termenung di bangku yang terletak di pelataran patung taman Desa Giring. Aku membeli segelas jeruk tawar anget kepada Mak Sugiman, owner sebuah angkringan yang bersebelahan dengan rimbunnya tanaman hias sekitar patung yang menjadi ikon desa ini, iya patung Ki Ageng Giring. Batinku saat ini berteriak kencang mencerca kehidupan, yang kurasa tak banyak berubah selama beberapa tahun konsisten melarung kepada tuhan agar cepat mendapatkan pekerjaan impian.

Aku sadar, ketika aku mengucapkan frasa "berteriak" seharusnya warga kampung yang sedang lengah duduk-duduk di bangku bakal panik dan kebingungan melihat lolongan bocah 22 tahun yang biasanya pendiam ini. Tetapi jujur, hatiku saat ini sedang bergejolak, sedang berteriak sekencang-kencangnya karena dirundung oleh beberapa story WA kawan yang gemar memamerkan kemesraannya bersama hasil jerih payahnya. Sebut saja HP baru, pacar baru, serunya liburan ke luar negeri, nonton tiap malam, dan banyak lah.

Ya walaupun masyarakat sekitar tidak mendengar amarahku yang sebenarnya hanya ku bathin ini, setidaknya perasaan hati yang kesal ini segera aku lampiaskan pada jeruk tawar yang sudah aku pegang ini. Dan ahhhh... jancok, panasnya suhu air membakar sisi atas lidahku. Seketika langsung aku tanggalkan segelas perasan jeruk dan air tanpa sedotan plastik tersebut dibawah bangku taman.

Status menganggur memang sudah menjadi semacam label untuk ku. Bahkan kawan-kawanku yang iseng selalu menyanyikan lagu Sarjana Muda miliknya Iwan Fals setiap bertemu denganku. Ya aku sadar suaranya memang pas-pasan, nadanya seperti preman yang berkedok pengamen di trotoar dekat kampus dimana aku menimba ilmu dulu. Walaupun jelek, suara temanku sangat mampu menyentuh hati terdalam. Bisa membuat frustasi bagi para pencari kerja di seluruh jagat raya planet ini. Huhh..

Aku akui sebenarnya baru sebentar aku menganggur. Baru dua bulan yang lalu aku mendapatkan pusaka berupa Surat Keterangan Lulus (SKL). Tetapi karena banyak mata kuliah yang tidak lulus selama menjalani campus lyfe, menjadi semacam ikhwal yang membuat diriku masih betah menjalani semester yang sudah sangat uzur ini. Adik-adik tingkat yang aku sayangi hingga mempunyai julukan unik bagi ku, "Ki Boni sang sesepuh kampus bengawan."

Teman-temanku sebaya, sudah banyak yang mendapat titah untuk mengemban tugas sebagai karyawan BUMN, Bank, Akuntan Publik Big Four , pertambangan, dll. Banyak juga yang mengembangkan bisnisnya masing-masing warisan usaha kerasnya selama menjadi mahasiswa.

Lama betul aku merenung, sampai-sampai jeruk tawar yang aku seruput menjadi sangat kecut karena dominasi rasa air panasnya sudah menyusut. Tiba-tiba datang Mas Bambang, pria 30 tahun yang mempunyai reputasi yang bagus sebagai pengusaha pemancingan lele didaerahku ini. Selain menjadi pebisnis sukses, lulusan S2 Peternakan Lele ini juga mengampu sebagai seorang dosen peternakan di salah satu kampus swasta di Yogyakarta.

"Piye bon?, kok tumben muka kamu absurd gitu, gak kaya biasanya haha-hihi,"ujar mas Bambang. "Ah enggak kok, masuk angin kemarin waktu angop (menguap) kelamaan, jadi anginnya masuk ke perut semua, hehee,"kataku sambil menyembunyikan muka. "Ah enggak mungkin, selama tujuh tahun pacaran sama lele, maksudku menyayangi ternak lele, kalau ada satu ekor lele yang berbeda dari klannya, pasti ada masalah"! bantah mas Bambang.

Sepertinya mas Bambang sangat mengetahui psikis setiap entitas yang hidup. Akupun sebenarnya gak terima, disamakan sama lele. Yah, untung dia pesohor di kampung ini, jadi mungkin pernyataannya ada benarnya juga. Tapi kok ekspresi kekesalanku pada hidup ketahuan ya, padahal aku sangat pandai menyembunyikan perasaan. Apalagi pas nembak salah satu gebetanku, aku sulap jawaban horror "aku tuh masih sayang sama pertemanan kita.." menjadi senyum tipis sambil bilang, "iya kok, gapapa, he hee," padahal aslinya sih hancur.

"udah cerita aja," bujuk mas Bambang sambil menyalakan rokok kretek filternya. Aku pun spontan ngomong, "Sebat dong mas, hehe lupa beli sendiri tadi, lagi stress pula", "ealah bocah tuek, yaudah ini ambil, tapi jaga baik-baik ya koreknya, maklum sering raib."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline