Lihat ke Halaman Asli

Kingkin BPrasetijo

Guru yang suka menulis

Biar Hati Bicara (Part 11)

Diperbarui: 19 November 2024   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pelajaran Biologi yang biasanya menjadi favoritnya, tidak berhasil menarik minat Andara. Gadis itu terlalu fokus dengan gawai yang dibiarkan tergeletak di laci meja. Sesekali benda pipih itu bergetar tanda ada pesan masuk, dengan gesit tangannya menarik alat komunikasi canggih itu untuk melihat si pengirim pesan. Meski sudah beberapa kali kecewa, hatinya masih terus berharap, Abimanyu membalas pesannya.

     Oya, seharian ini Sena juga tidak menampakkan batang hidungnya. Kalau cowok satu itu, Andara tidak terlalu memusingkannya. Sena pasti lagi sibuk belajar, maklum anak kelas dua belas, ujian akhir sudah di depan mata. Apalagi tidak ada yang aneh pada kakak kelas, semalam mereka masih berkomunikasi dengan baik. Sena membalas semua pesannya, yang lebih banyak berisi kekhawatiran tentang Abimanyu. Sena menghibur dan menguatkan, Abimanyu baik-baik saja. Begitulah Sena, yang sudah seperti kakak kandungnya sendiri, yang selalu siaga satu.

     Kekalutannya hari ini, sengaja tidak dibagi dengan cowok berwajah manis yang selalu setia menemaninya. Sekali lagi, alasannya murni karena Andara tidak mau mengganggu Sena yang sedang fokus belajar. Biarlah itu menjadi masalahnya sendiri. Meski dia tidak tahu, harus ke mana mencari tahu tentang Abimanyu. Mau bertanya kepada Petra dan Boim, Andara malu. Mereka tidak saling kenal, hanya tahu saja. Andara tidak pernah tahu, kiprah kedua sahabat Abimanyu dan Danasti, di balik kedekatannya dengan cowok yang sempat dihindari itu.    

     "Andara, bisa jelaskan perbedaan tumbuhan lumut dan tumbuhan paku?" tanya bu Dewi lembut. Andara melonjak kaget, tidak menyangka guru favoritnya itu sudah berdiri di sampingnya. Tangannya membeku, sekian detik Andara tidak berani menoleh. 'Mati aku, malu-maluin! Aku kenapa, sih?' omelnya dalam hati.

     Terlalu asyik dengan pikirannya sendiri, Andara bahkan tidak menyadari suasana kelas tiba-tiba senyap. Tahu-tahu, bu Dewi sudah berdiri di dekatnya. Kenapa harus bengong saat jam pelajaran guru bermata elang itu?

     "Andara!" Panggilan penuh penekanan memaksanya menengadah, menatap guru cantiknya. Senyum Bu Dewi membuat Andara makin malu. Suara-suara berisik teman-temannya mulai terdengar. Bu Dewi segera mendiamkan dengan tatapan matanya ke arah sumber suara.

     "Bisa, silakan tuliskan perbedaannya dalam bentuk tabel!" katanya tegas. Diulurkan spidol yang dipegangnya. Andara mengangguk, tanpa mengalihkan tatapannya, perlahan tangannya melepaskan gawai yang masih dalam genggaman. Gadis itu mengambil spidol yang dipegang gurunya.  

     Setelah memastikan Andara siap, perempuan cantik dan anggun itu beranjak meninggalkan remaja putri yang diyakininya sedang bermasalah. Bu Dewi bukan tidak tahu apa yang dilakukan Andara dengan tangan di bawah meja. Dia tahu pasti apa yang dikerjakan gadis itu dengan gawainya, gerakan gelisah dengan berkali-kali menunduk menguatkan dugaannya. Andara bukan siswa seperti itu, yang biasa mengabaikan pelajaran. Karena itu, dia tidak ingin menjatuhkan mental gadis itu dengan melemparkan amarah. Keputusannya memberi tugas, meminta Andara maju ke depan pun sudah dipikirkan matang-matang. Dia yakin, Andara bisa mengerjakan tugas yang dia minta.

     Andara melangkah ragu-ragu, dengan spidol di tangan. Matanya melirik papan tulis yang menampilkan skema metagenesis kedua tumbuhan yang harus dibandingkan. Andara bersyukur, tugasnya tidak sulit, hanya perlu membandingkan kedua skema yang ada. Untuk seorang Andara yang hobi membaca, itu mudah sekali. Sebentar juga selesai, apalagi materi lumut dan tumbuhan paku ini, sudah pernah diajarkan waktu sekolah menengah pertama. Kebetulan, Pak Mulyono, guru Biologi-nya juga memakai teknik yang sama seperti Bu Dewi. Benar-benar gampang, yang tidak gampang adalah komentar teman-temannya setelah ini. Andara yakin, Mega dan Danasti akan mencercanya setelah pelajaran selesai. Andara tidak suka kemungkinan itu, saat dia tidak ingin keduasahabatnya terlibat dalam masalahnya.

     Andara menyelesaikan tugas yang diberikan Bu Dewi secepat yang dia bisa. Ingatan pengajaran Pak Mulyono, sangat membantunya. Bu Dewi mengamati pekerjaan gadis yang diyakini sedang galau itu dengan senyum mengembang. Keputusannya tidak salah, Andara bisa mengerjakan tugasnya dengan baik.

     "Jawaban yang bagus, Andara. Kalau perbedaan tumbuhan Lumut dan tumbuhan paku, yang tidak terlihat oleh skema metagenesis itu, kamu tahu?" Bu Dewi memperlebar pertanyaannya, untuk memancing suara remaja putri di depannya. Andara terdiam sesaat sebelum bersuara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline