Lihat ke Halaman Asli

Kingkin BPrasetijo

Guru yang suka menulis

Biar Hati Bicara (Part 7)

Diperbarui: 7 November 2024   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

       Bersepeda sambil wisata kuliner tradisional di gethuk blondo bu Yarmi, menjadi awal kegiatan bersepeda mereka selanjutnya. Hampir setiap Sabtu, Abimanyu datang dengan sepedanya, selalu di waktu yang tepat. Tentu saja itu bukan kebetulan, ada peran Sena sebagai informan kapan acara mereka diadakan. Pagi, atau sore tergantung kesepakatan dengan teman-teman. Abimanyu sengaja masuk dalam lingkungan pergaulan Andara, karena dia ingin tahu lebih banyak tentang gadis itu. Teman-teman Andara yang sebagian besar laki-laki, menerimanya dengan baik, begitu juga dengan Gunawan.  

       Mereka suka ngobrol tentang banyak hal, sepulangnya dari bersepeda. Andara yang semula tidak suka, lama-lama berusaha menerima, dan terbiasa dengan kehadiran cowok itu di rumahnya. Namun, mereka bersepakat untuk tidak mengumbar kedekatan mereka di lingkungan sekolah. Sesekali, Abimanyu ikut nimbrung ketika Sena dan Andara ngobrol saat jam istirahat, atau pulang sekolah, tetapi tidak ketika Andara sendirian. Tidak juga, saat gadis itu bersama dengan kedua sahabatnya. Apalagi Abimanyu pernah berjanji kepada Danasti untuk pura-pura tidak mengenal sepupu sahabatnya itu.

      Abimanyu terlihat gelisah, jam di pergelangan tangan kanannya sudah menunjukkan pukul dua siang lebih, tetapi pak Hasyim masih asyik bercerita. Tidak seperti biasanya, guru berwajah kalem itu terdengar antusias menjelaskan, bahkan melebihi waktu pulang. Sudah lima belas menit lebih, guru sejarah bertubuh kurus itu belum ada tanda-tanda berniat berhenti mengajar. 'Mati, aku yang mengajak ketemu malah terlambat. Enggak enak banget!' gumam Abimanyu bermonolog.

      "Kamu kenapa, Ding? Gelisah amat!" tanya Petra berbisik.

      "Pak Hasyim lama banget, ya! Aku ada janji sama Andara dan Sena," jawabnya tidak kalah lirih. Petra tampak kaget, dahinya mengernyit.

      "Masih memakai Sena untuk tameng? Enggak takut?" Abimanyu terdiam. Petra menangkap keraguan di wajah tampan sahabatnya.

       "Jangan pelihara harimau, bahaya!" katanya mengingatkan.

       "Bukankah dekat dengan musuh merupakan salah satu langkah cerdas mengalahkannya?" sahutnya percaya diri.

      "Kalau kamu seyakin itu, lakukan saja. Jangan lupa, tetap waspada!"

      Bukan baru kali ini Petra mengingatkannya. Sejak pertama diperkenalkan dengan Sena beberapa waktu lalu, Petra dan Boim memintanya waspada. Abimanyu bukan tidak kuatir, dia hanya mengikuti arus yang ada. Sena adalah salah satu jalan mendekati Andara.

      "Baik anak-anak, kita akhiri pelajaran hari ini. Ketua kelas silakan pimpin doa!" titah pak Hasyim tenang. Abimanyu menghela napas lega, akhirnya si Bapak sadar juga  Petra tersenyum geli melihat tingkah Abimanyu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline