Hingga artikel ini ditulis, bacapres PDI-Perjuangan, Ganjar Pranowo, masih menjadi kandidat dengan elektabilitas tertinggi dibanding dua kandidat lain. Tak pelak hal ini membuat banyak pihak berebut atensi agar terpilih sebagai pendamping Gubernur Jawa Tengah itu pada kontestasi pilpres 2024 mendatang.
Ketua DPP PDI-P, Puan Maharani, beberapa waktu lalu menuturkan pihaknya sedang menggodok 10 nama cawapres. Nama-nama populer yang kerap masuk radar survei tak luput dari pantauan PDI-P, seperti Sandiaga Uno, Erick Thohir, Mahfud MD, Ridwan Kamil, hingga Ketum Partai Demokrat, AHY.
Teranyar, pasca kekuatan PDI-P bertambah setelah Partai Perindo menyatakan bergabung dengan koalisi pengusung Ganjar Pranowo, nama Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo, TGB. HM. Zainul Majdi mencuat sebagai salah satu kandidat alternatif cawapres pendamping Ganjar.
Setidaknya hal itu sudah disuarakan langsung oleh Ketum Partai Perindo, Harry Tanoesoedibjo (HT) dan diamini oleh Sekjen PDI-P, Hasto Kristianto.
Lantas bagaimana peluang mantan Gubernur NTB 2 periode itu dalam persaingan menjadi cawapres Ganjar Pranowo?
Bersaing dengan Sandiaga Uno
Kemunculan nama TGB beberapa waktu terakhir belum mampu menandingi popularitas dan elektabilitas Sandiaga Uno. Tentu ini tak terlepas dari posisi Sandi yang sedang menjadi menteri aktif. Sandi memiliki panggung politik yang bisa memperkuat elektabilitasnya.
Apalagi Sandi kini resmi berseragam PPP, salah satu partai yang juga mendukung Ganjar Pranowo. Tentu petinggi PPP akan memaksimalkan lobi mereka agar kader anyarnya itu dapat diusung sebagai cawapres. Oleh karenanya, praktis Sandi menjadi pesaing terkuat TGB sebagai cawapres Ganjar Pranowo.
TGB harus meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya. Apalagi jika ditinjau dari segi elektoral TGB berpotensi menutupi kekurangan Ganjar Pranowo. TGB memiliki basis massa Islam di sejumlah daerah, seperti Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Jawa Barat, dan tentunya NTB. Terlebih saat ini TGB adalah ketua Ikatan Alumni Al-Azhar Indonesia yang memiliki jejaring yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jika potensi ini bisa dioptimalkan dengan kerja politik dan ditambah dengan dukungan masif seluruh media yang dimiliki oleh HT, bukan mustahil menjelang detik-detik penentuan TGB dapat meningkatkan popularitas dan elektabilitasnya sebagai cawapres Ganjar.
Belajar dari pengalaman
Penentuan cawapres Jokowi pada pilpres 2019 lalu dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi para kandidat cawapres hari ini. Bagaimana tidak, Mahfud MD yang hampir dipastikan menjadi cawapres mendadak batal pada detik-detik akhir. KH. Ma'ruf Amien, yang namanya tak pernah masuk radar survei, justru dipilih mendampingi Jokowi dan akhirnya berhasil memenangkan kontestasi.
Berkaca dari pengalaman ini tentu faktor elektoral bukan jadi satu-satunya pertimbangan dalam menentukan cawapres. Ada banyak aspek lain yang akan menentukan.