Lihat ke Halaman Asli

Obrolan Kecil Dengan Bos : Dengan Agama Hidupku Lebih Terarah

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari itu aku disibukkan dengan begitu banyak pekerjaan yang melelahkan. Dari pagi aku menyiapkan segala sesuatu utuk pesta nanti malam. Tapi untunglah si bos cewek mau turun tangan membantuku walau hanya sekedar berbelanja ke supermarket. Siang pun beranjak menyapa kami. sekitar pukul 12.30, bos mengajak aku dan anaknya makan siang . Kami memutuskan memilih makan di restoran Japan. Tapi ternyata setelah sampai disana harus antri menunggu tempat duduk karena banyaknya pengunjung.

Sejenak kami menunggu, aku bilang sama bos kalau terlalu lama aku tak punya banyak waktu karena masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Akhirnya Bos menerima saranku makan di restoran Shanghai yang lumayan tidak ramai. Kami bertiga pun akhirnya mendapat tempat duduk disana. dan memesan makanan yang menunya banyak tergolong pedas. Bos pun berkata kepadaku bahwa  semua menu cocok untuk lidahku yang suka makanan pedas. Sambil menunggu pesanan kami datang , kami pun ngobrol selayaknya teman. Begitulah aku dengan bos yang kadang seperti keluarga sendiri.

Akhirnya setelah menunggu 10 menit makanan yang kita pesan pun diantar kemaja kami . Sebelum menyatap menu yang menggoda lidah, kulihat bosku menundukkan kepala berdoa. Sejenak ada yang aneh dengan sikapnya yang tak pernah kulihat selama 3 tahun bekerja sama dengan dia. Aku pun berdoa menurut kepercayaanku sendiri. Setelah kami saling mengucapkan selamat makan siang, kucoba bertanya kepada bosku.

" Mom, sekarang kamu telah menemukan kepercayaanmu ya?" tanyaku sambil menikmati makanan. Dengan mata berbinar dia pun bercerita kepadaku bahwa dia telah menemukan Agamanya. Sesekali kulihat senyum itu tersungging di bibirnya. Dia berterus terang kepadaku, bahwa hidupnya lebih terarah dengan agama sebagai pedoman hidupnya. Bahkan dia merasa menyesal hanya mengedepankan ego emosi ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. Dia merasa agama bisa membentuk karakter seseorang yang dulu pemarah menjadi lebih sabar.

Tiba-tiba dia menawarkanku untuk mengikuti kepercayaanya. Aku dengan tersenyum menjawab " Semua agama tujuannya satu yaitu kepada Allah, cuma cara kita yang berbeda" jawabku tanpa menyinggung kepercayaannya. Kemudia dia pun mengiyakan pendapatku. Dan lebih bahagia lagi sekarang dia membebaskan aku untuk melakukan ibadah sesuai kepercayaanku. Thanks god! Aku percaya semua akan indah pada waktunya . Walau harus melalu perjuangan yang panjang untuk menjelaskan kepada mereka untuk saling menghormati sebuah perbedaan.

Karena dengan perbedaan dihasilkan suatu nada-nada indah, warna-warna indah dan semua itu menjadi simponi dalam kehidupan yang mengiringi dunia kedalam suatu poros kehidupan.

Sebelum kami beranjak pergi meninggalkan restoran, bosku berkeluh kesah kepadaku, akan berusaha mengajak  suaminya supaya memeluk sebuah kepercayaan. karena suaminya hanya mempercayai dirinya sendiri sebagai pegangan hidup. Aku pun hanya bisa bilang kepadanya untuk berusaha terus dan juga selalu berdoa semoga  suaminya di beri hidayah. Amien.

Selamat berakhir pekan dengan orang-orang tersayang all !

Salam

Kine Risty

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline