Saat kini sudah berasa jelas perubahan keadaan terutama cuaca di Bumi ini yang cenderung memburuk kondisi serta situasinya. Situasi ini sangat dirasakan oleh semua mahluk hidup, secara awam yang kasat mata adalah Bumi ini terasa semakin panas terutama didataran rendah, sedangkan didataran tinggi di Indonesia pada suasana kegundulan hutan dilereng-lereng Gunung yang biasa sejuk cenderung dingin kini kondisi sejuknya sudah tidak terasakan.
Fenomena iklim panas berdampak pada bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini adalah terjadinya banjir bandang, tanah longsor, Badai, angin puting beliung, gempa bumi bahkan tsunami yang kesemuanya mengakibatkan kurban jiwa serta materi yang tidak sedikit.
Dunia semakin panas, membuat miris jika kita mau menelaah sedikit saja penyebabnya, tentunya semua tau dan merasakan apa penyebabnya. Yang membuat kita semua menjadi prihatin dan gundah adalah bagaimana keberlangsungan kehidupan anak cucu generasi penerus makluk Bumi kelaknya, jika kita terus-menerus berperilaku tak berpihak kepada Bumi Semesta seperti sekarang ini.
Penyebab rusaknya Bumi ini sangat banyak dan hampir kompak tergerogoti dari segala sudut pastinya oleh ulah manusia selain oleh alam itu sendiri. Jika kita menjabarkan dan menghitung-hitung perilaku tak adil bagi bumi disini, seolah kita hanya bertepuk sebelah tangan, karena jika protes kepada para pelaku bermodal besar, mereka hanya memicingkan sebelah mata tidak peduli.
Seperti yang disampaikan oleh Ratih Harjono Penasehat Utama Albright Stone bridge Group[ASG] untuk Asia Pasific. Pada kesempatan Work Shop bersama para Media di sebuah Hotel Bogor guna "Menelaah arti penting Energi Terbarukan di Indonesia.
Bahwa, suhu panas di Indonesia ini sudah sangat menghawatirkan terutama di pulau Jawa. Perubahan iklim sudah terjadi sekarang ini, dengan akibat dan dampak yang ditimbulkannya.
Iklim Indonesia terdiri dari dua musim.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa di Indonesia mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. dua musim itu sebelumnya siklusnya sangat tepat, sehingga para petani dan para Nelayan serta kegiatan lainya sangat menggantungkan perhitungan waktu jika petani menggantungkan musim tanam, sedangkan nelayan menggantungkan musim mencari ikan untuk mengukur angin dengan awan pekatnya dilaut dengan dua musim tersebut.
Di bulan April - Oktober adalah musim Kemarau, sebelum terjadi pemanasan Bumi, musim Kemarau ini sering tepat.
Bulan Oktober - April adalah musim Penghujan, bahkan ada Pameo dari Jawa kalau Desember itu singkatan dari "Gede-gedenya Sumber" Dan itu memang benar adanya, di Bulan Desember pada waktu itu setiap hari terjadi hujan, karena hujan terus menerus, sumber air dipermukaan air tanah terisi melimpah karena air yang tercurah dengan mudah masuk kembali kedalam tanah. Tentunya sebelum pesatnya pertumbuhan hutan beton di bumi ini.
Perubahan iklim
Sekarang ini musim sudah tidak menentu terkadang hujan sepanjang waktu melebihi enam bulan seperti yang berjalan dimasa yang lalu, kalau yang demikian halnya, akan menakutkan sekali jika musim kemarau berkepanjangan. Iklim yang tidak menentu di Indonesia memiliki dampak yang merugikan, penyebab timbulnya bencana alam. Perubahan tersebut disebabkan karena kerusakan Bumi dan kerusakan udara yang dipenuhi dengan kandungan molekul-molekul mengandung logam berat serta senyawa racun sebagai limbah udara yang tidak menguntungkan kesehatan pernafasan makluk penghuni Bumi.