Memaknai merebaknya peringatan Hari Pendidikan Nasional, dimaknai ketika masyarakatnya sadar benar akan pentingnya ilmu, dimana ilmu itu pastinya cakupannya sangatlah luas dan asalnya bisa dari berbagai arah serta berbagi lantas usia, entah itu murid maupun pendidiknya.
Pemburu ilmu itu tidak mengenal batas usia serta tak perlu memikirkan entah dari mana dan bagaimana cara menggali ilmunya, bisa juga secara berbayar dan bisa juga secara gratis. Semuanya tidaklah menjadi halangan untuk terus mengadopsi suatu pelajaran yang formal ataupun nonformal.
Terpenting kebutuhan keingin tauan atau konsumsi untuk otak itu terpenuhi dengan sebuah jawab yang menghasilkan sesuatu kepuasan batin dapat dipahami dengan logika, apalagi jika ilmu tersebut dapat memenuhi berbagai hal yang menjadi sesuatu keuntungan termasuk menghasilkan materi. Semua sesuaikan saja bagaimana kebutuhan dan kondisi usia yang ada.
Apalagi jika keingin tauan tersebut disampaikan penampilannya oleh pengajar secara diperagakan atau dipraktekkan, jadi mudah untuk mengingatnya. Tidak melulu teori dan hafalan itu lebih menyemangatkan bagi masyarakat yang ingin "Ngangsu kawruh" [belajar] diluar kelas. Bukan melalui bangku sekolah.
Disini uraianya tidak muluk-muluk, seperti Motto penulis "Dimulai dari diri sendiri".
Contohnya pendidikan yang dimulai dari usia dini dan seterusnya tak berbayar.
- Saat setelah bayi lahir sudah dapat pembelajaran dari ibunya, bagaimana cara minum ASI.. Bagaimana cara bicara nantinya dan seterusnya tinggal orang tua dan siapapun yang ada disekitarnya mengikllaskan diri menjadi tutor bijak untuk yunior yang sedang getol meng adop pelajaran.
- Belajar secara formal dari TK sampai dengan Profesor
- Belajar secara kejar Paket C atau belajar secara home schooling
- Belajar dirumah, khusus bagi masyakat yang ingin menambah penghasilan atau ingin menekuni usaha jika ada yang jeli dari acara Televisi dapat juga untuk dijadikan sebagai guru, misalnya acara masak-memasak, acara beternak apa saja yang bermanfaat, acara pertanian, acara praktek kerja permebelan, perbengkelan, acara ide bagaimana menyikapi peluang usaha disekitar dengan pinjaman bunga lunak untuk UMKM, tentang perkoperasian. Tentunya ini belajar secara gratis tanpa keluar rumah.
- Belajar fashion sekilas, dibarengi dengan belajar jahit menjahit.
- Mamatut diri dengan cara make up diri sendiri dan untuk umum kemudian merias pengantin dan lain sebagainya.
- Belajar dari pakde Google itu juga luas sekali bahkan apa saja tersedia disana. Masalah ke Agamaan bisa ditemukan disana dan banyak sekali Dari pada punya telepon genggam hanya digunakan mencari cerita pergosipan. Benar?
- Sampai setua ini, penulis juga masih terus belajar, tentunya dengan hal-hal yang menyenangkan, misalnya dengan belajar Lingkungan yang luas maknanya, tentang menyanyi keroncong yang menghibur diri sendiri, tentang penggunakan telephon genggam yang dapat digunakan dengan berbagai-bagai kegunakan. [Jujur! yang ini penulis agak kalang kabut belajarnya, karena adanya vitur-vitur baru yang terus berkembang, tapi menyenangkan}
- Masalah penggunakan IT ini tidak bisa dihindari karena memang harus diikuti meski secara terseok-seok dan lemot dikarenakan usia yang sudah merambat senja.
Masih banyak lagi hal pembelajaran yang ada disekitaran manusia hidup, untuk manusia yang sudah lansia teruslah belajar, agar tidak tertinggal ketika harus berbaur dengan para cucu, paling sedikit banyak dapat menangkap dan mengikuti apa yang sedang menjadi trend pembicaraan, meski tidak ahli sekali namun demikian tidak aada salahnya dan lebih bersyukur lagi jika mampu bahkan ahli dalam hal IT.
Penulis tidak menenteng bagaimana pendidikan para Cendekia karena cakupannya terlalu luas dan sangat tinggi, sudah pasti tidak perlu diurai maupun dijelaskan oleh penulis yang selalu menggumbar kata "Dimulai dari diri sendiri"
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H