Kejadian ini sepertinya biasa tetapi bagiku sungguh luar biasa, peristiwa ini membawa renungan panjang yang mengagumkan, ternyata alam pun mau dan bersedia menyapa sehingga mengingatkan manusia dengan caranya. Subhanallah . . . Alhamdulillah.
Awal mulanya aku melihat sampah berserakan dihalaman rumah, rontokan dedaunan pepohonanku dan pepohonan bambu tetangga yang membuat pemandangan jadi tak sedap. Risih rasanya, gara-garanya sudah dua hari aku tidak sempat menyapunya disebabkan kesibukan persiapan Halal-bilhalal dilingkungan Erte sebuah Perumahan dimana aku bermukim.
Kebetulan aku mendapat giliran menyiapkan konsumsi yaitu makanan utamanya, karena bulan lalu aku dan dua ibu-ibu lagi yang menarik arisan jadi tugas masak kali ini diserahkan padaku, sementara warga lain membawa makanan sukarela untuk partisipasi rasa guyub kami sebagai warga yang saling bertetangga. Seperti contohnya tahu gejrot ini sumbangan warga Rt. Karena acaranya pagi jam sepuluh otomatis malamnya hanya sempat tidur satu setengah jam, agar pagi-pagi makanan sudah rapi dan siap.
Siang itu cuaca cerah, panas pun melekat tanpa angin bertiup. Setelah acara selesai, aku pulang sendiri dengan barang-barang keperluan bekas Halal-bilhalal sementara suamiku tidak membantu membawa barang-barang karena langsung Sholat Dzuhur di Mesjid depan taman di Perumahan kami.
Saat sampai rumah melihat sampah berarakan aku tidak betah memandanginya, berniat tetap membersihkan sampah-sampah di halaman dahulu meski dengan kantuk yang semakin berat melekat serta kelelahan semakin terasa, aku mulai mengambil sapu lidi panjang dan pengki untuk membersihkan halaman.
Pengki pertama baru saja tersisi sampah-sampah daun tersebut, sekonyong-konyong datang angin bertiup, aku masih telaten meraup lagi sampah yang terbawa angin, menyapu lagi dari awal, sedangkan sampah-sampah yang lain masih berarakan belum tercakup, datang lagi angin memporak porandakan sampah yang di dalam pengki. untuk yang ketiga kalinya aku masih terus sabar menyapu dengan rasa kelelahan ditambah kepala sudah mulai mengawali tanda-tanda pusing akan segera datang yaitu, nyut-nyutan.
Hingga sesuatu terjadi, angin itu bertambah besar dan sampah-sampah itu tidak dapat tersapu sama sekali berputar-putar layaknya menertawakan aku, karena sulitnya sampah kusapu, lama-lama emosiku terpancing juga, maklum aku hanyalah manusia biasa pada saatnya aku bisa terpancing emosi usaha membersihkan sampah dalam waktu singkat akan menjadi lama karena tiupan angin. Lalu aku marah dan mengomel,
“ Si ***n nih angin, orang mau bersih-bersih malah diberantakin, b**o ah males nyapu” omelku dalam keadaan lelah dan kantuk.
Dengan rasa emosi, akhirnya aku tinggalkan saja sampah-sampah itu tidak tersapu dan aku mulai mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil kubawa kedapur, setelah memasukkan yang penting kedalam lemari pendingin serta menyelesaikan yang perlu diselesaikan dalam waktu singkat, akupun membayar hutangku semalam yaitu tidur.
Dibawa tidur dan beristirahat pun biasanya rasa pusing itu tidak langsung berangsur pulih karena waktu tidur yang delapan jam itu belum terbayarkan, biasanya aku bantu dengan minum susu, agar kondisi tekanan darah maupun hemoglobin ditubuhku tidak drop. Maklum usia sudah tidak muda lagi meski semangat dan kemauan bekerja masih tidak berubah.
Kurang lebih tidur dua jam aku sudah terbangun, pekerjaan rumah masih segudang menunggu apalagi mbak ku masih dikampung jadi segala sesuatunya aku selesaikan sendiri.