Lihat ke Halaman Asli

Ngesti Setyo Moerni

TERVERIFIKASI

Ibu Rumah Tangga

Andai Masyarakat Tangerang Selatan Sadar, Betapa Bahayanya Membakar Sampah [HUT Tangsel ke 6]

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14171579331736606719

Anggrek jenis Douglas ini merupakan Icon Kota Tangerang Selatan

Masih dalam khasanah Memperingati HUT Tangerang Selatan yang ke 6, kami ingin memaparkan sebuah kepedihan, keprihatinnan yang amat sangat serta bahaya mengancam menyebabkan rusaknya organ tubuh manusia juga Bumi.  Kejadian penyelusupan ke organ tubuh manusia ini sangat halus tidak terlihat dan terasa, hanya orang-orang yang memiliki penyakit pernafasanlah yang langsung merasakan akibat tersebut.  Bahaya ini tidak terlihat jelas, namun dengan sangat mudah menyelusup secara halus merasuki tubuh manusia secara lembut melalui udara yang dihirup oleh manusia. Racun ini efeknya sangat buruk sangat berbahaya setelah mengeram sangat menyakitkan, lama baru terasa akibatnya.  Itulah asap pembakaran sampah. Akhir-akhir ini penulis menemui dibanyak tempat terjadi pada Masyarakat Tangerang Selatan. Sungguh mereka para pembakar sampah ini tidak menyadari akan hal tersebut, dengan membakar urusan mereka selesai.

14171583651183584541



Membakar sampah berarti menggiring manusia lainnya menuju kematian secara perlahan, bagi penderita asma langsung terasa sesak nafas. Kalau yang  tidak memiliki asma  akan menyimpan bahan/bibit penyakit yang akan menyiksa tubuh dan menguras isi kantong untuk berobat, melalui penyakit kanker paru, dan benjolan[berisi Tumor atau Kanker ganas] yang tiba-tiba bermunculan, mengapa demikian, karena asap yang mengandung cemaran akan menimbulkan semacam zat karsinogen bakal memicu bentukan sel abnormal yang berada pada jaringan tubuh manusia, hal ini benar-benar tak pernah disadari oleh pembakar sampah, mungkin juga tidak disadari oleh anda.

1417154411928443416

Sampah yang dibakar tersebut terdiri dari bermacam-macam bahan yang mengumpul disana, dari sampah organik bercampur dengan sampah un-organik yang berisi plastik, pipa peralon/pvc limbah tersebut mengandung sampah B3, racun berbahaya didalamnya terdapat antara lain batu baterai bekas, ada juga sampah-sampah yang sudah mulai membusuk dengan mengeluarkan Co2 liar tak terarah.

Mengapa masyarakat tidak pernah mau belajar membuang sampah di satu tempat yang sudah disediakan, seperti bak penampung sampah, truk penampung sampah-Dump Truk juga Arm Roll ada disuatu tempat disetiap wilayah kelurahan tertentu yang sudah disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman [DKPP] Lebih nista lagi jika masyarakat ini masih membuang sampahnya kesungai,  kalau tidak ya dibuang ditanah lapang disitulah pembakaran sampah terjadi.

14171584991875722939



Masyarakat itu sudah dimudahkan oleh Pemerintah, hanya tinggal memasukkan sampah produksinya sendiri saja kedalam Dump truk tersebut. Tetapi apa yang terjadi mereka melempar saja sekenanya disekitar dump truk hingga bereceran dimana-mana. Kemudian petugas kebersihan mengeruki sampah-sampah tersebut dengan sukarela karena merasa ya itulah tugasnya. Ironis sungguh! Begitu tega pembuang-pembuang sampah tersebut memberi pekerjaan yang tidak manusiawi, tidak ada kemauan sama sekali serta rasa tanggung jawab untuk meletakkan sampah kedalam truk, belum lagi pemulung liar yang meceker-ceker sampah menjadi berantakan, sehingga tempat penampung sampah yang sudah disediakan terlihat sangat jorok. Seandainya mereka mau membuang kedalam bak Dump Truk tersebut lingkungan sekitar pasti terlihat rapi meski ada truk sampah.

Sepertinya Revolulusi mental harus di trapkan bagi pembuang Sampah sembarangan, masyarakat pun harus tahu UU Sampah sudah lama ada di Pasal 18 tahun 2008 selang beberapa tahun baru diberlakukan.  Entah di kota Tangerang Selatan ini sudah berjalankah Perda tentang Pembakaran Sampah? Pada kesempatan penulis  mendapat undangan untuk acara pembahasan Musrenbang Kota Tangerang Selatan, penulis pernah menanyakan kepada Wakil Walikota didampingi Kaban BLHD tentang pembakaran Sampah tersebut, bahwa masalah pembakaran Sampah akan segera ditindak lanjuti segera di Perdakan dan akan menjadi konsentrasi Pemerintah untuk menangani hal tersebut. Lega rasanya, tapi pada saat musim kemarau lalu sebelum musim penghujan tiba, bukan main suasana di pemukiman, di perkampungan, riuh terjadi pembakaran sampah begitu banyaknya hampir semua warga membakar saja sampah-sampahnya.

Sebenarnya sampah dapat dimusnahkan dengan cara dibakar, tetapi menggunakan alat canggih dengan ruang tertentu sehingga asap bakaran sampah tadi di salurkan pada pipa tertentu, sebelum asap keluar ke udara, maka asap tersebut dicuci/ dibersihkan dengan suatu cairan, istilahnya dinetralisir, setelah asap bersih dari segala macam kandungan racun baru asap tersebut dikeluarkan ke udara. Sisa sampah-sampah bakaran tersebut menjadi abu yang bisa dijadikan bahan bangunan seperti batu bata. Alat ini temuan dari kelompok ahli dari ITB harganya cukup mahal, ada lagi buatan Jerman lebih mahal lagi. Cara kerjanya kurang sesuai dengan kapasitas sampah yang dihasilkan, sehingga harus memiliki banyak mesin-mensin tersebut.



1417154487262984248

Bagaimana cara menyadarkan masyarakat yang tidak pernah menyadari, mengerti tidak mau tahu, tentang efek pembakaran dari kumpulan sampah yang kandungan cemaran sudah sedemikian? Sungguh udara yang kita hirup itu sudah sangat tercemarnya oleh kandungan racun. Masihkah anda tetap terus  bertahan membakar sampah?

Sudah sangat sering sekali sosialisasi mengenai sampah entah itu dari BLHD -Badan Lingkungan Hidup Daerah Tangerang Selatan, dari BPMPPKB Badan Pemberdayaan Masyarakat & Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana, dari DKPP [Dinas Kebersihan Pertaman & Pemakaman, dari TP PKK Kota Tangerang Selatan, dari Komuntas Peduli Lingkungan serta LSM lainnya dengan berbagai bentuk dan cara agar mereka sadar untuk penanggulangan sampah.

14171586961529608409



Pernah ada cerita, ketika penulis memberitahu warga yang membakar sampah dia bertanya sambil agak gondok  "Embak petugas Dinas Kebersihan?  Kenapa melarang-larang saya?" (kalau ditulis distatus facebook pasti sudah bilang, Ekekekekekkkkkk . . . )

Mengapa penulis menyentil Masyarakat Tangerang Selatan? ya memang keseharian penulis ada disana daaaaaaan . . . . pada perjalanan keliling penulis selalu melihat pembakaran sampah dimana-mana, ini kenyataan maka diangkatlah masyarakat pembakar-pembakar sampah kota ini, semoga yang membaca sadar akan perbuatannya yang sangat tidak bermanfaat untuk kesehatan dan pelestarian Bumi ini, Pendekatan Pemerintah secara maximal dalam upaya menangani lingkungan, terutama Ibu Walikota, sampai berpesan tanamlah satu pohon satu rumah(istilah ini memohon kepada masyarakat, maulah sedikit saja berbuat untuk lingkunganterutama penghijauan) permintaan penghijauan yang sangat sederhana, tetapi kalau masyarakatnya masabodo ya Wallahualam bissawab.

1417169035751043197



Bersama ini mengajak para Kompasianer, dimulai dari diri sendiri untuk tidak membakar sampah, "Mari turun tangan ikut mengingatkan masyarakat yang masih suka membakar sampah" Dengan gerakan serentak dari para Kompasianer, maka lapisan Ozon pun terhindar dari kebocorannya, sehingga Matahari tidak menyentak Bumi karena lapisan ozon yang kuat menghalangi dan menyaring matahari dari kerusakan Bumi.

Bagaimana kawan-kawan Kompasianer? Setuju? Kalau begitu mari kita mulai dari Kang Pepih Nugraha, Kang Iskandar Zulkarnaen,  Mari kita mulai . . .

Mari hidup sehat tanpa bakaran sampah!

-Ngesti Setyo Moerni




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline