Lihat ke Halaman Asli

Joko Widodo dan Politik Ekonomi Kalajengking

Diperbarui: 8 Mei 2018   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi dan Politik Ekonomi Kalajengking

Sangat menarik dan mengejutkan pidato Joko Widodo pada acara Musrenbangnas di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, Senin (30/4/2018). Di depan seluruh kepala daerah para Bupati, Walikota, Gubernur se-Indonesia dan para Menteri, Jokowi mengungkapkan komoditas paling mahal di dunia bukanlah emas, tapi racun kalajengking. Sebabnya, racun ini punya nilai yang tinggi, harganya US$.10,5 juta atai Rp.145 miliar per liter. Presiden Joko Widodo dengan gagahnya menyampaikan info kalajengking ini. Waaww !!!

Selanjutnya, ada jurus ngeles dari pihak tertentu yang bisa kita dengar dan lihat ada video yang beredar hanya untuk menutupi info kalajengking dengan isi "Jokowi sebenarnya ingin mengatakan bahwa tak ada yang lebih mahal dan lebih berharga daripada waktu. 

"Tapi yang paling mahal adalah waktu. Ini yang perlu digarisbawahi, waktu," ujarnya Jokowi. Oooh... Kalajengking diartikan dan mau disamarkan dengan waktu ? Sejak kapan ada orang bisa mengerti bahwa yang dikatakan Jokowi kalajengking di Musrembangnas itu adalah waktu ?

Banyak warga Indonesia mengartikan Kalajengking dengan Kala = Waktu; Jengking = Jatuh terjungkir. Jadi Kalajengking diartikan dengan "Waktunya Kejatuhan" yang menginfokan kalajengking.

Memang benar ada info harga racun yang dinyatakan Presiden Joko Widodo ini tidak mengada-ada. Mengutip Science ABC, racun kalajengking memang merupakan zat cair yang paling mahal di dunia. Disebutkan, harga racun ini adalah 10.302.700 dolar AS per liter atau hampir sekitar Rp.145 Miliar per liter. 

Info ini, seharusnya di teliti dengan cermat serta dalam oleh Sekretaris Negara sebelum info ini menjadi bahan sampaian pada sebuah acara resmi pidato kenegaraan seorang Presiden RI. Dengan serampangannya pidato ini disampaikan akibatmya pidato tersebut menjadi bulan bulanan cemoohan masyarakat Indonesia diberbagai media dan komunitas.

Info bisnis kalajengking yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo adalah bisnis yang belum jelas operasionalisasinya dilapangan, selanjutnya Negara mana saja yang bisa berkesinambungan membeli dengan harga tetap 1 Liter Rp. 145 Milyar. Kualifikasi racun bisa kalajengking yang bagaimana yang memenuhi persyaratan Negara pembeli.

 Lucunya, info kalajengking yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dimaksudkan hanya orientasi export bukan sebagai info untuk dijadikan nilai tambah oleh para ahli Pharmasi Indonesia sehingga harganya bisa lebih mahal lagi dan bisa menjadi andalan devisa Negara. Misalnya dari benda cair bisa dijadikan tepung kering extract yang dimurnikan dari bisa racun kalajengking.

Sudah adakah contoh didalam negeri seorang pengusaha yang telah sukses didalam bisnis kalajengking ini sehingga bisa memperkuat argumentasi info peluang bisnis kalajengking yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo. Ternyata, disaat Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kalajengking tersebut belum ada orang Indonesia yang sukses menjalankan bisnis kalajengking di Indonesia.

Dari hasil pengamatan penulis di alibaba.com ternyata sudah ada yang menjual venom scorpion produksi China dalam bentuk bubuk kering yang dijual hanya US$.50--300,- per gram. Artinya 1 gr venom scorpion kering = Rp. 4.900.000,- jadi 1 Kg kering = Rp. 4,9 M. Selanjutnya dari mana logika rasional info dari pidato Presiden Joko Widodo 1 Liter racun bisa kalajengking = Rp.145 M.

 Harusnya dengan harga tersebut, berdasarkan info Presiden Joko Widodo jika dengan rendemen 10%, maka 1 Kg kering extract venom scorpion = Rp. 1,450 T sedangkan dipasaran alibaba.com 1 Kg extract racun bisa kalajengking = Rp.4,9 M. Pembaca bisa menilai sendiri bagaimana status kualifikasi info yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline