Lihat ke Halaman Asli

Kimy

Travellover

Ngetrip ke Malaysia (Day 2): Menjelajah Kota Tua Melaka yang Serba Merah

Diperbarui: 1 Desember 2022   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sebelumnya aku numpang bermalam di bandara KLIA 2, pagi ini melanjutkan trip hari kedua dengan rencana menjelajah Kota Tua paling bersejarahnya Malaysia yang terkenal dengan gedung merah peninggalan Portugis, Melaka.

Jam setengah 6 kami sudah rapi jali wangi dan siap berpetualang. Nunggu bis Starmart Express tujuan Malaka di platform A2 sesuai yang tertulis di tiket. Kalau bingung, tanya aja sama petugas terminalnya, biasanya orang India gitu. Atau tanya-tanya pada sesama turis yang punya tiket serupa (dan usahakan orangnya yang cakep), siapa tahu bisa sekalian kenalan, ngobrol nyambung, trus jodoh deh... ihiiiiirrr... haagg deziiigg...

Penampakan bis Starmart Express ini besar mirip bis Damri, warna dominan merah. Jendelanya lebar-lebar, AC nya dingin, jarak antar jok depan dan belakangnya lega banget, jadi nggak bakalan mentok dengkul. Formasi bangku 2-1, ada penyangga kaki, jok empuk dan nyaman, dan sandaran punggungnya bisa dimundurin plus bisa mijat-mijat seperti kursi pijat di mall-mall gitu. Huiihh.. eksclusive banget deh pokoknya.

Estimasi perjalanan KLIA2 -- Malaka 2 jam, melewati jalan tol antar kota yang kiri kanannya berjejer perkebunan kelapa sawit. Karena jam setengah 7 pagi itu langit masih gelap, ditambah sejuknya AC, dan nyamannya pijatan di sandaran kursi, pelan tapi pasti aku pun terlelap tidur. Please pardon me... zzz... zzz...

Jam 8.30 pagi bis memasuki terminal Sentral Malaka. Gedung terminal ini nggak begitu besar dan ada 2 sisi, yaitu sisi bis antar kota dan sisi bis domestik. Sisi terminal bis antar kota lebih rame karena banyak aktivitas di loket agen tiket bis. Dan sisi terminal bis domestik terbilang lengang, karena biasanya para turis lebih senang menunggu bis di teras terminal atau langsung naik ke bis.

Untuk di kota Malaka ini bis domestik yang paling populer di kalangan para turis adalah bis Panorama Melaka nomor 17 rute Ujong Pasir. Jadi begitu nemu bis merah ini di jejeran platform bis domestik, langsung naik aja, bayar ongkos di kondektur atau supir seharga RM 2 dengan uang pas, lalu duduk manis. Driver bis yang aku tumpangi udah agak sepuh, perawakan dan gaya bicaranya mirip banget sama Athuk Dalang di kartun Upin-Ipin gitu. Hahaa.. jadi inget ponakan lanang yang hobi banget nonton kartun itu tiap sore. Tapi sayang nggak bisa minta foto bareng si Athuk karena bis akan segera berangkat.

Dok. pribadi

 

Dok. pribadi

Asyiknya, bis ini nggak akan ngetem lama-lama di terminal. Pokoknya penumpangnya berapa aja, tiap 10 atau 15 menit bis pasti akan jalan, dan akan datang bis selanjutnya. Sepanjang perjalanan bisa menikmati pemandangan kota Malaka yang masih begitu lengang.

Sedikit googling, kota Malaka adalah sebuah kota tua di pesisir pantai sebelah selatan kota Kuala Lumpur, yang dulunya pernah dijajah oleh 3 negara yaitu: Portugis, Belanda, dan Inggris. Makanya nggak heran jika arsitektur bangunan khas Malaka menjadi sangat menarik karena merupakan pencampuran dari ketiga gaya arsitektur negara bekas penjajahnya. Selain itu Malaka pun terkenal dengan kuliner khas ala Portugis, Chinesse, dan India yang banyak ditemukan disini.

Oh ya, destinasi kami di Malaka adalah kawasan heritage di seputaran Dutch Square. Naik bis Panorama Melaka dari terminal Sentral Malaka ternyata cuma 15 menitan aja, eh udah sampai di area Dutch Square. Nggak perlu takut kesasar, karena supir bis udah paham banget tujuan turis-turis pasti kesini. Selain itu kawasan ini juga sangat mudah dikenali karena kiri kanan jalannya banyak terdapat bangunan kuno berwarna merah, atau istilah kerennya adalah Stadthyus (bangunan merah).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline