Cacar monyet atau yang lebih dikenal sebagai cacar monyet merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global dalam beberapa tahun terakhir. Penyakit menular ini pertama kali ditemukan pada monyet laboratorium di Denmark pada tahun 1958, namun kasus pada manusia pertama kali dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Antara tahun 2010-2019, kasus ditemukan di tujuh negara Afrika. Pada 2022, wabah besar terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, dengan transmisi yang lebih cepat antar-manusia, termasuk di kalangan individu tanpa riwayat perjalanan ke daerah endemik.
Monkeypox adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus monkeypox (MPXV), anggota keluarga Orthopoxviridae. Karakter virus ini memiliki kesamaan dengan virus penyebab smallpox dengan penularan melalui binatang (zoonosis). Virus ini memiliki gejala yang mirip dengan penyakit cacar pada manusia, namun biasanya lebih ringan.
Gejala utama cacar monyet adalah:
- Suhu tinggi.
- Sakit kepala dan nyeri otot.
- Pembesaran kelenjar getah bening.
- Munculnya ruam atau lesi pada kulit yang biasanya dimulai pada wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Lesi kulit akibat cacar monyet seringkali berubah bentuk, dimulai dengan bintik merah, kemudian lepuh berisi cairan, dan akhirnya korengan.
Gejala cacar monyet terbagi dalam dua kategori, yaitu fase awal yang ditandai dengan demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Kemudian berlanjut ke fase erupsi, ruam dimulai dari wajah dan menyebar ke tubuh. Ruam yang muncul akan berkembang dari bintik merah berisi cairan bening atau nanah, lalu mengeras hingga akhirnya rontok.
Cacar monyet menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, lesi kulit, atau tetesan cairan dari orang yang terinfeksi. Selain itu, virus juga dapat menular melalui benda-benda yang terkontaminasi seperti pakaian dan tempat tidur. Dalam beberapa kasus, cacar monyet juga dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan, cakaran, atau konsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi.
Setiap orang berisiko terinfeksi monkeypox, terutama mereka yang tinggal di wilayah endemik atau memiliki kontak erat dengan individu yang terinfeksi. Orang-orang yang bepergian ke daerah dengan laporan kasus aktif juga berada pada risiko yang lebih tinggi, terutama jika mereka berinteraksi dengan satwa liar atau individu yang sakit. Kelompok yang rentan termasuk tenaga kesehatan, karena sifat pekerjaan mereka yang sering terpapar pasien. Seperti halnya pada pandemi COVID-19, tenaga kesehatan perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) secara tepat, termasuk masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung, untuk mengurangi risiko paparan.
Masa penyembuhan beragam, disesuaikan dengan ketahanan tubuh dan jenis virus. Sebagian besar penderita cacar monyet ringan akan pulih dalam 2-4 minggu tanpa dukungan khusus. Namun, dalam beberapa kasus penderita monkeypox berat, seperti wanita hamil, atau sistem kekebalan tubuh yang rendah, dalam beberapa kasus mengalami masa penyembuhan yang lebih lama.
Berikut beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan:
- Hindari kontak langsung dengan hewan yang sakit atau sakit.
- Gunakan topeng dan peralatan pelindung pribadi untuk merawat pasien monyet.
- Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air.
- Hindari makan daging liar yang belum dimasak dengan benar.
- Penggunaan vaksin OSPA yang efisien untuk monyet.
Monkeypox adalah penyakit yang masih langka tetapi patut diwaspadai. Dengan menjaga kebersihan, menghindari kontak dengan sumber infeksi, dan meningkatkan kesadaran, risiko penyebaran monkeypox dapat diminimalkan penularan. Jika mengalami gejala yang mirip dengan monkeypox, segera konsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Melindungi diri adalah langkah pertama untuk melindungi komunitas kita dari penyakit menular seperti monkeypox!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H