Humor telah menjadi alat bagi kita manusia untuk menyampaikan baik kritik maupun hiburan dalam wujud yang lebih mudah dicerna. Dalam teks tanggapan anekdot ini, sang penulis (Ari Indarto) membahas dan menanggapi sebuah anekdot yang juga tidak berbeda. Teks Anekdot yang dibahas berlatar waktu pada masa Orde Baru, saat pengintaian dari pemerintah sedang marak. Gus Dur menceritakan mengenai sebuah intelijen yang sedang mengikuti beliau, lalu agar perbincangan Gus Dur dengan kiai lainnya tidak terdengar. Mereka akhirnya berbincang menggunakan bahasa Arab. Peristiwa ini membuat intel pun merasa bingung dan mengira bahwa mereka sedang berdoa.
Menurut saya, sang penulis menanggapi anekdot ini dengan sungguh brillian. Menunjukkan pengaruh serta kemampuan yang dimiliki teks anekdot terhadap masyarakat umum. Sang penulis juga menunjukkan, betapa beragam interpretasi yang dimiliki masing - masing individu terhadap sebuah teks anekdot. Di permukaan-nya mungkin teks ini terlihat sebagai hiburan semata, dan sebatas guyonan. Namun dibawah permukaan tersebut, kita bisa melihat pesan - pesan tersirat yang diberikan oleh penulis. Untuk sekelompok individu tertentu, mungkin terasa kontroversial, dan tabu. Tapi di dalam komunitas lain, pesan tersebut relevan dan menjadi afirmasi, dan sebuah bantuan moral bagi mereka yang sedang menghadapi masalah yang similar. Di dalam teks anekdot ini, kita bisa melihat pesan tersirat mengenai sebuah masalah, yang terbilang cukup kelam dan tragis. Sungguh menarik bagaimana sang penulis, mendeskripsikan serta menunjukkan betapa kontroversial, serta penting teks anekdot ini.
Menurut saya, nuansa serta tema yang menarik dari teks anekdot ini bersumber dari latar cerita. Masa Orde Baru merupakan salah satu masa yang sukar untuk dikenang masyarakat, karena banyaknya pelanggaran HAM dan ketidakadilan yang terjadi. Namun mau tidak mau inilah bagian dari sejarah dan identitas warga indonesia. Kita dihadapi oleh segala tantangan dan rintangan, namun kita sebagai bangsa melewatinya bersama. Oleh karena itu, menjadi penting dan krusial bagi kita untuk menurunkan rasa dan kebersamaan kita ke generasi selanjutnya. Sungguh menarik bagaimana sebuah penderitaan generasi dapat diturunkan dan dijadikan sebuah batu pijakan melalui humor dan sebuah teks anekdot.
Menurut Pardiyono, definisi dari teks anekdot adalah teks atau cerita yang membahas mengenai kejadian lucu atau konyol pada masa lalu dengan tujuan untuk mengajak pembaca berbagi emosi. Jika kita tinjau berdasarkan definisinya, Anekdot Gusdur ini sungguh mencerminkan nilai - nilai yang dinyatakan oleh Pardiyono. Melalui kisah ini, Gusdur dapat berbagi sebuah emosi dan perasaan senasib yang sedang dialami oleh masyarakat pada masa itu. Mengingat dan mengenang segala peristiwa duka, luka, dan ingatan tragis, maupun baik di masa lalu.
Melalui contoh teks anekdot berikut, kita bisa tinjau lebih dalam signifikan, serta relevansi teks anekdot.
KUHP
Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang hukum. Dosen bertanya kepada Dirga tentang KUHP.
Dosen: Dirga, apa yang kamu ketahui tentang KUHP?
Dirga: KUHP itu Kasih Uang Habis Perkara.
Dosen: Jangan ngawur. Tolong jawab yang benar.
Dirga: Kenyataannya kan seperti itu, Pak. Banyak praktik sogok-menyogok. Masuk penjara asal punya uang, bisa cepat bebas.