[caption id="attachment_173565" align="aligncenter" width="600" caption="Dua personil 7icon mencoba BlackBerry 9220, sumber: http://img.antaranews.com"][/caption] Tidak salah. Kemarin atau tanggal 24 April 2012, RIM produsen perangkat yang terkenal dengan nama BlackBerry dan sering disingkat BB meluncurkan seri baru keluarga Curve di Indonesia, yaitu Curve 9220 yang sering disebut BlackBerry Davis. Sebelumnya di dalam keluarga Curve ini ada Curve 8250, smartphone sejuta umat yang diklaim paling laku, baik di Indonesia maupun di India. Perlu diketahui BlackBerry Davis sebelumnya telah diluncurkan di India seminggu yang lalu dengan kisaran harga yang jika dirupiahkan hampir sama dengan harga di Indonesia, sekitar 2 juta rupiah. Hal yang perlu kita cermati adalah, meskipun smartphone 9220 merupakan seri terbaru dari RIM yang dijual di Indonesia dan diklaim sebagai BlackBerry dengan harga awal termurah adalah bahwa konektifitas yang ditawarkan hanya sebatas 2G EDGE dan WiFi. Di saat sebentar lagi koneksi akan meningkat ke 4G, ternyata RIM BlackBerry percaya diri hanya menjual perangkat berbasis 2G. Tentunya kita perlu tahu, apa yang mendasari keputusan RIM tersebut. RIM sebagaimana dikutip oleh kompas.com memberikan alasan bahwa 9220 ini ditujukan bagi segmen Anak Baru Gede (ABG) yang sangat terikat dengan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Selain itu, dengan tambahan fitur BBM, tentu saja segmen ini akan makin dimanjakan karena selalu terhubung dengan teman-teman mereka. Tidak itu saja, RIM, seperti pernah saya tuliskan, menawarkan perpindahan dari feature phone ke smartphone dengan cara yang mudah. Bila kita lihat, 9220 tersebut layaknya feature phone dengan tambahan aplikasi Twitter dan Facebook yang terdedikasi serta BBM. Apa yang perlu kita kritisi dari smartphone terbaru RIM BlackBerry ini? Salah satunya adalah harga yang diklaim termurah dari beberapa perangkat BlackBerry yang pernah diluncurkan. Bila kita beranggapan termurah, berarti harus ada perbandingan. Di sini saya mengemukakan salah satu smartphone Android, yaitu LG Optimus L3 dengan harga hanya 1,299 juta, tetapi sudah memiliki layar touch screen yang lebar, konektifitas 3,5G, pasar aplikasi yang lebih dari 500.000 aplikasi di Google Play dan kamera yang lebih besar pikselnya. Dari perbandingan di atas terlihat betapa sebenarnya BlackBerry 9220 tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan smartphone entry level lainnya dan vendor-vendor lain seperti Samsung, LG, dan Motorola. Belum lagi kalau kita bandingkan dengan Nokia yang kini harganya juga sangat bersahabat dengan kantong anak ABG. Dari sisi ini saja sudah terlihat, bahwa RIM BlackBerry bukan memberikan harga yang murah. RIM sedang memanfaatkan demam BlackBerry orang Indonesia yang tidak kunjung sembuh. Seharusnya, dengan teknologi yang hanya mampu koneksi ke jaringan 2G tersebut, harga BlackBerry 9220 tidak boleh lebih dari 1 juta rupiah. Mengapa demikian? Karena smartphone ini layaknya feature phone yang diberikan tambahan fitur BBM. Soal Facebook dan Twitter dapat diakses meskipun tanpa aplikasi yang dedicated atau biasa disebut mobile web. Selain hal tersebut, satu hal yang membuat RIM optimis adalah adanya dukungan penuh dari operator. Suka atau tidak operator merupakan pihak yang juga harus bertanggung jawab terhadap adanya demam BlackBerry ini. Hampir semua operator menawarkan layanan BlackBerry yang kini semakin murah saja. Secara teknologi smartphone hampir tidak ada yang bisa diharapkan konsumen dari perangkat BlackBerry 9220 tersebut, namun RIM tahu betul bahwa selling point perangkat BlackBerry bukan pada teknologi, tetapi pada demam BlackBerry yang tidak kunjung sembuh yang terus ditularkan operator dengan paket berlangganan yang makin murah. Ada beberapa hal yang membuat demam BlackBerry ini bisa dikatakan akan masih berlangsung beberapa waktu ke depan. Pertama penetrasi operator yang terus menawarkan paket berlangganan BlackBerry yang semakin murah. Terutama bagi ABG, langganan per hari hanya 2.000 rupiah, tetapi sudah dapat mengakses Facebook, Twitter dan BBM. Ini jurus hemat yang ampuh, dimana tidak perlu lagi berkirim SMS karena adanya fitur chat BBM. Pengalaman saya, dari beberapa kali observasi hampir tidak ada pengguna BlackBerry yang menelpon ke sesama pengguna BlackBerry. Mereka memanfaatkan betul paket yang mereka bayar sehingga bisa efisien dalam hal jumlah pengeluaran. Perilaku mengandalkan paket BlackBerry seperti BBM untuk menggantikan SMS dan calling sangat terasa. Bila anda temukan banyak pengguna BlackBerry yang hampir tidak peduli dengan situasi sekitarnya, hal ini merupakan hal yang wajar karena mereka sangat sibuk chatting. Kedua, tekanan komunitas atau peer pressure. Banyak orang yang terpaksa membeli BlackBerry karena komunitas yang diikutinya atau sering berinteraksi dengannya sebagian besar orang yang menggunakan BlackBerry. Percaya atau tidak, namun kasus-kasus seperti ini sangat nyata. Banyak orang berpindah ke BlackBerry bukan karena tidak suka smartphone lain, tetapi tekanan komunitas. Ketiga, kecocokan teknologi. Orang Indonesia mungkin bisa dikatakan tidak perlu teknologi yang high tech. Bila saya ingat, dulu almarhum Soejatmoko mengatakan bahwa teknologi yang cocok dengan Indonesia itu adalah teknologi sendal jepit atau menengah ke bawah. Teknologi BlackBerry yang mudah dipahami mereka yang baru mengenal smartphone, keyboard full QWERTY, kamera yang tidak beresolusi besar, dan radio terintegrasi sudah lebih dari cukup untuk memenuhi keinginan banyak orang Indonesia. Meskipun tidak jarang layanan BlackBerry tersebut lemot, namun pengguna BlackBerry tidak akan banyak yang protes. Saat ini saja hampir 10 juta orang pengguna BlackBerry di Indonesia. Dengan tambahan seri baru BlackBerry 9220 ini, tentu saja jumlahnya akan meningkat. Namun bagi Anda yang ingin smartphone yang lebih baik, koneksi yang lebih kencang dan bentuk smartphone yang lebih good looking, BlackBerry 9220 ini bukanlah pilihan yang tepat. Selain itu, jika anda kritis dengan harga smartphone, harga BlackBerry 9220 yang mendekati angka 2 juta, terlalu mahal bagi sebuah smarphone yang hanya mampu koneksi ke jaringan 2G, sementara di luar sana ada sekian banyak smartphone lain dengan harga yang jauh lebih murah sudah menyediakan koneksi 3,5G.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H