[caption id="attachment_163249" align="aligncenter" width="640" caption="Rio Haryanto, sumber gp2series.com"][/caption] Balapan GP2 di Sirkuit Sepang, Malaysia sudah hampir seminggu berlalu. Ada yang perlu kita perhatikan dalam balapan GP2 tersebut, yaitu tampilnya wakil Indonesia, Rio Haryanto. Rio Haryanto yang tahun lalu mengikuti GP3 dan AutoGP, tahun ini naik kelas ke GP2, balapan setingkat di bawah F1. Tidak dipungkiri, GP2 merupakan penyalur banyak pebalap F1 saat ini, sebut saja juara dunia tahun 2008, Lewis Hamilton. Rio yang bergabung dengan tim Charlin berkesempatan untuk beradu cepat dengan banyak pebalap yang tentunya lebih berpengalaman dibandingkan dirinya. Sebut saja Giedo Van Der Garde dari tim Lotus, Max Chilton rekan setim Rio di Charlin dan Esteban Gutierrez. Target Rio di awal keikutsertaannya di balapan GP2 sebenarnya tidaklah muluk-muluk. Di tahun pertama, seperti banyak pebalap lainnya yang menjadi rookie, Rio diharuskan untuk belajar. Belajar dalam banyak hal seperti mengendalikan mobil GP2, belajar menggunakan ban Pirelli dan belajar bersama tim serta rekan setim. Untuk itu, Rio disokong oleh Pertamina dengan dana lebih dari 48 miliar rupiah. Di balapan pertama di Malaysia minggu lalu, setidaknya Rio sudah memperlihatkan awal yang baik. Dari 26 pebalap di kualifikasi di hari Jumat Rio menempati posisi 17. Di balapan Feature Race di hari Sabtu Rio berhasil menduduki posisi 12 dari 26 pebalap. Esok harinya dalam Sprint Race, Rio berhasil naik dua peringkat ke posisi 10 di akhir balapan. Lebih hebat lagi Rio mencatat fastest lap (waktu tercepat) dan berhak atas dua poin. Sebenarnya Rio berkesempatan untuk menduduki posisi 9, namun ban Pirellinya sudah aus sehingga tidak bisa menahan laju pebalap di belakangnya. Keberhasilan Rio ini mengisyaratkan cepatnya ia menyesuaikan diri dengan atmosfer balapan GP2. Dengan target belajar di tahun pertama, sebenarnya Rio sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia memiliki potensi besar untuk suatu waktu bisa berdiri di podium. Perlu diketahui, mobil GP2 identik antara satu tim dengan tim lainnya. Ini artinya setiap pebalap dituntut untuk mencari settingan yang pas di dalam balapan. Menurut banyak pebalap, mencari settingan yang pas bukanlah perkara mudah. Mobil bisa oversteer atau understeer. Atau kejadian yang lebih parah, mobil malah lamban padahal spesifikasinya sama dengan tim lainnya. Ini artinya pebalap tidak menemukan settingan yang pas sehingga potensi mobil tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu, hal yang penting adalah bagaimana supaya tidak keluar dari balapan. Keluar dari balapan merupakan risiko besar sehingga pebalap tidak bisa melanjutkan balapan. Melihat beberapa pebalap di balapan GP2 minggu lalu yang keluar dari balapan, kita perlu mengapresiasi bahwa Rio berhasil menjalani balapan pertamanya dengan sukses dan mendapat poin. Selain keberhasilan Rio, ada hal lain yang harus diperhatikannya, yaitu rekan satu tim, Max Chilton. Dalam balapan pertama rekan satu tim Rio ini berhasil menduduki posisi tiga, sedangkan di balapan kedua berada di posisi ketujuh. Dengan demikian Max berhasil mengumpulkan 17 poin di balapan pertamanya, sedangkan Rio hanya 2. Dengan kondisi mobil sama, Rio dituntut untuk setidaknya bisa lebih baik di balapan berikutnya. Biasanya antarpebalap satu tim akan saling mengalahkan. Rio harus bisa suatu waktu mengalahkan Max Chilton karena kesempatan untuk itu terbuka lebar. Balapan GP2 berikutnya akan dilaksanakan di Sirkuit Sakhir, Bahrain, bulan depan. Dengan hasil di Malaysia, setidaknya Rio memiliki rasa percaya diri yang lebih untuk bisa lebih baik di Sakhir. Rio harus memperbaiki posisinya di kualifikasi sehingga bisa lebih baik dalam memulai balapan. Dengan mencatat waktu tercepat di Malaysia, Rio memiliki potensi untuk mengulanginya di Sakhir. Tentunya kita berharap, Rio makin cepat belajar. Saya percaya Rio memiliki bakat yang besar. Dengan jaminan dana dari sponsor utama seperti Pertamina, tugas Rio adalah memberikan prestasi yang makin hari makin baik, sehingga suatu saat nanti, Rio bisa menjadi pebalap F1 pertama dari Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H