Lihat ke Halaman Asli

Kegagalan Nokia (Lumia) di Depan Mata?

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13322227631842417268

[caption id="attachment_167257" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber: http://www.x-phones.com"][/caption] Sudah setahun lebih kerja sama antara Nokia dengan Microsoft. Kerja sama ini menghasilkan smartphone Nokia Lumia yang menjadi pertaruhan kembalinya Nokia di pasar smartphone setelah membakar Symbian. Dari seri Lumia sudah ada beberapa handset, yaitu Lumia 900, Lumia 800, Lumia 710, dan dalam waktu dekat Lumia termurah, Lumia 610 akan diluncurkan. Pertanyaannya sejauh mana keberhasilan kerja sama tersebut untuk membawa kembali nama Nokia agar bisa bersaing dengan Apple, Android, dan BlackBerry? Dalam kesempatan mengikuti Samsung Forum South East Asia Oceania & Taiwan beberapa waktu yang lalu, saya sempat berdiskusi dengan beberapa rekan jurnalis mengenai prospek Nokia Lumia di Indonesia. Dalam kesempatan itu juga dari 23 jurnalis yang berangkat ke Bangkok, saya hanya melihat dua orang jurnalis yang menggunakan Nokia Lumia (mungkin seri 800 atau 710). Salah satu rekan jurnalis mengaku bahwa Nokia Lumia yang ia bawa, bukan karena dibeli, tetapi diberikan cuma-cuma. Ia sendiri memegang tiga smartphone, HTC, BlackBerry dan Nokia Lumia. Tampaknya BlackBerry merupakan smartphone utama, kemudian HTC, dan barulah Nokia Lumia. Saya sendiri sempat memegang Nokia Lumia teman tersebut saat mengambil foto. Meskipun tidak sempat untuk meng-explore lebih jauh, saya tidak merasakan satu ketertarikan terhadap handset Nokia Lumia tersebut. Saya rasa hampir tidak ada satu tanda penarik bagi saya pribadi untuk memiliki Nokia Lumia, apalagi melihat harganya yang tidak murah. Soal harga ini saya diskusikan dengan beberapa rekan jurnalis dalam perjalanan pulang setelah mengikuti Samsung Forum. Seluruh teman jurnalis yang saya tanya setuju bahwa harga Nokia Lumia, baik seri 800 maupun seri 710 tergolong mahal untuk smartphone pendatang baru di pasar. Mereka mempertanyakan strategi harga Nokia yang tidak berubah dari dulu saat masih menguasai pasar Indonesia, selalu saja mahal tanpa melihat persaingan. Bahkan seri Lumia 610 yang diklaim sebagai smartphone entry level Nokia dengan harga paling murah, masihlah terlalu mahal bila dibandingkan dengan smartphone entry level dari Samsung atau Motorola dan BlackBerry. Mungkin alasan harga yang mahal ini belumlah suatu yang patut dipikirkan oleh Nokia. Beberapa hari ini saya membaca sebuah artikel yang cukup menohok tentang kesepakatan Nokia untuk memakai Windows Phone untuk smartphone mereka. Inti dari artikel tersebut adalah kerja sama ini berakibat jelek bagi Nokia dan berdampak positif bagi Microsoft. Mengapa? Karena masa depan personal computer (PC) adalah mobile. Dengan kerja sama bersama Nokia, Microsoft bisa mengandalkan Nokia untuk bisa bersaing di perangkat mobile, sedangkan Nokia sejauh ini belum memperoleh apa pun. Sebuah artikel di eWeek.com memaparkan beberapa alasan mengapa Nokia Lumia akan mengalami kegagalan. Salah satu yang cukup penting adalah hal yang saya rasakan yang juga dijadikan faktor pertama dalam artikel tersebut. Faktor tersebut adalah desain produk di bawah standar. Tidak ada sesuatu yang unik yang bisa menarik konsumen untuk membeli Nokia Lumia. Desain, fitur Nokia Lumia layaknya kebanyakan smartphone. Hal ini membuat konsumen tidak tertarik. Tomi Ahonen yang mengikuti perkembangan Nokia Lumia juga sependapat bahwa Nokia Lumia mungkin saja tidak akan mampu membawa kembali nama Nokia untuk bersaing di pasar smartphone. Tomi Ahonen bukanlah orang sembarangan. Sebanyak 12 buku best seller yang ia tulis di ranah mobile dijadikan referensi lebih dari 100 buku berikutnya yang lahir kemudian oleh banyak orang yang mengikutinya. Tomi Ahonen mengemukakan 13 alasan mengapa Nokia Lumia akan gagal, tidak hanya di Amerika Serikat sebagai kiblat perkembangan smartphone dunia, tetapi juga di seluruh dunia. Di antara 13 faktor tersebut, saya kemukakan beberapa faktor yang sangat penting, yaitu messaging, brand failure, serta apps dan apps store. Messaging Dari dulu Nokia memiliki keunggulan dalam hal messaging. Keyboard QWERTY fisik merupakan ciri yang banyak ditemukan pada ponsel Nokia berbasis Symbian. Kita bisa melihat seri E dari Nokia memiliki keyboard sejenis ini. Pemakai tradisional Nokia sangat suka dengan aktiftas messaging di Nokia yang sederhana. Namun kini semua itu tidak mereka dapatkan lagi setelah tiga seri awal dari Nokia Lumia diluncurkan. Dengan menganut full touch screen bisa jadi merupakan sebuah kemajuan dan bersaing dengan iPhone atau Android, namun sejatinya Nokia melupakan sisi kekuatan mereka. Bisa jadi Nokia Lumia akan lebih buruk hasilnya dibandingkan dengan Nokia terdahulu. Brand Failure Sekitar tahun 2001 sampai dengan tahun 2009, Nokia boleh berbagga karena memiliki nilai brand yang cukup kuat. Namun kini brand Nokia tidak sekuat dulu lagi. Bila dulu orang sempat mengejar-ngejer Nokia Communicator dan mau membeli dengan harga puluhan juta, kini fenomena itu sudah usai. Kegagalan Nokia untuk memperbarui Symbian dan beradaptasi dengan pasar smartphone yang cepat berubah, membuat mereka mengalami Brand Failure. Di mata konsumen jika sudah demikian, apa pun yang akan dilakukan Nokia, mungkin mereka tidak akan peduli lagi. Apps dan Apps Store Banyak orang mengatakan bahwa toko aplikasi merupakan nyawa smartphone saat ini karena smartphone sangat tergantung pada aplikasi. Windows Phone belumlah bisa dikatakan bersaing dengan Apple Store dan Android Market (kemudian Google Play) dalam urusan ini. Kekuatan Apps dan Apps Store juga menunjukkan seberapa kuat sebuah ekosistem. Bila hanya sedikit jelas sekali ekosistem tersebut belumlah bagus sehingga konsumen tidak akan melirik handset yang dijual. Tentunya saya tidak lantas men-judge bahwa Nokia Lumia akan gagal total. Paling tidak seperti yang kita lihat di Indonesia beberapa waktu yang lalu saat peluncuran Nokia Lumia di Senayan City, masih ada konsumen yang membeli. Namun tentu jumlahnya jauh dari perkiraan dan jauh dari merek lain sewaktu meluncurkan produk baru mereka, misalnya iPhone dan BlackBerry. Saya bisa menjamin dengan kombinasi harga yang mahal dan berbagai kelemahan dalam fitur maupun ekosistem Windows Phone, Nokia Lumia akan sangat sulit untuk bisa bersaing di Indonesia, bahkan mungkin di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline