[caption id="attachment_170959" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Interaksi di Twitter tentunya memiliki banyak tujuan. Saya sendiri, barulah beberapa waktu fokus di media sosial 140 karakter ini dan ternganga melihat sedemikian cepatnya tweet datang dan pergi, padahal saya hanya menjadi follower sekitar 240 akun di Twitter. Saya membayangkan jika seseorang mengikuti sekiatr 1.000 lebih akun di Twitter betapa lebih cepat lagi lalu lintas tweet yang terjadi. Twitter tentu saja sangat menarik. Tentunya bukan hanya Twitter, berbagai media sosial yang lain seperti Facebook menimbulkan adiksi yang sangat tinggi. Berdasarkan penelitian terakhir, media sosial seperti Twitter atau Facebook lebih susah untuk ditinggalkan, bahkan dibandingkan dengan meninggalkan kebiasaan merokok. Tentunya dalam berinteraksi di Twitter saya punya kriteria tersendiri dalam melakukan follow terhadap satu akun tertentu. Pertama yang saya pegang adalah orang yang saya kenal di dunia nyata. Ini penting sekali karena mereka sering saya temui dan selalu berinteraksi dengan mereka. Kedua, hobi. Saya sangat menyukai balapan, baik itu MotoGP maupun F1 sehingga saya menjadi follower orang-orang yang ada di sana, misalnya saja situs berita dan pebalap semacam Valentino Rossi dan Lewis Hamilton. Ketiga konten. Banyak sekali tweet yang tidak berarti di Twitter. Bahkan penelitian terakhir menyebutkan sebagian besar tweet di Twitter termasuk tweet sampah alias tidak berguna. Orang-orang dengan konten bagus saya ikuti, tetapi bukan orang yang kebanyakan diikuti oleh orang lain. Belakangan ini di Timeline saya banyak sekali akun yang mengabarkan bahwa mereka mendapat hadiah dari sebuah akun/merek tertentu yang memiliki akun di Twitter. Ini sebenarnya bukan cerita baru, sudah banyak akun di Twitter yang mengiming-imingi pengguna Twitter dengan hadiah tertentu untuk menjadi follower-nya. Saya pun mencoba peruntungan, mengikuti nasihat/tweet dari beberapa akun yang akan memberikan hadiah jika saya terlebih dahulu mengikuti akun tertentu yang mereka sebutkan. Misalnya seperti ini: Bagi2 hadiah masih berlangsung silahkan menjadi follower @..... dan dan kemudian RT tweet ini. atau bisa juga seperti ini: Retweet tweet ini dan menjadi follower untuk mendapatkan hadiah 3 paket pulsa X seharga Rp 10 ribu. atau sejenisnya yang tentunya sangat banyak. [caption id="attachment_161064" align="aligncenter" width="480" caption="Ilustrasi, sumber: http://www.ppmapartments.com"]
[/caption] Namun peruntungan saya tetap tidak sebagus mereka yang lain. Atau mungkin saya yang tidak terlalu familiar dengan kuis atau cara-cara mendapatkan hadiah melalui cara menjadi follower akun tertentu. Setelah hampir seminggu saya menjadi follower beberapa akun (yang tentu saja berupa merek tertentu) akhirnya kegiatan tersebut saya hentikan. Belajar dari pengalaman tersebut, saya melihat bahwa memang banyak sekali usaha sebuah akun tertentu untuk memperbanyak follower. Seperti pernah saya tuliskan sebelumnya, selain cara aneh dengan melakukan TweetWar, cara pemberian hadiah ini adalah cara lain yang cepat dan mungkin efektif untuk memperbesar follower, namun belum tentu efisien. Ada beberapa alasan mengapa cara-cara pemberian hadiah ini merupakan cara bagus untuk memperbanyak follower sehingga dengan demikian menanamkan pengetahuan awal terhadap sebuah akun atau brand/merek tertentu yang beraktifitas di Twitter. Pertama, pada dasarnya manusia suka hadiah, apalagi kalau hadiah tersebut diperoleh dengan cara hanya menjadi follower. Menjadi follower sangatlah gampang, cukup klik follow dan anda sudah terhubung dan mungkin suatu saat dapat hadiah. Kedua, bagi merek yang beraktifitas di Twitter, aktifitas tersebut bukan tanpa biaya. Biaya di sini mungkin dipresentasikan melalui hadiah yang diberikan kepada follower. Ini artinya brand yang serius haruslah mengorbankan sesuatu agar mereka bisa memiliki follower sehingga dikenal orang se-Twitter Land. Ketiga, iming-iming hadiah biasanya akan menjalar secara ketok tular, dari satu akun ke akun yang lain sehingga tujuan untuk meningkatkan follower bisa dicapai lebih mudah. Namun demikian, bukan berarti iming-iming hadiah ini bisa dikatakan sebuah usaha efisien dalam meraih follower. Mengapa demikian? Satu hal yang harus kita ingat adalah kebanyakan brand yang beraktiftas di Twitter masih memiliki conversation yang rendah dengan follower-nya. Ini artinya hanya ada komunikasi satu arah, yaitu dari brand kepada follower. Padahal untuk meningkatkan kesetiaan pengguna brand, yang terpenting bukanlah pemberian hadiah, tetapi conversation yang intens dengan pengguna brand. Ini artinya sebuah brand atau akun yang beraktifitas di Twitter tidak cukup hanya memiliki follower yang sangat banyak. Mungkin perlu hanya sedikit follower pada batas-batas tertentu, tetapi conversation yang tercipta sangat tinggi. Namun tentu lebih bagus lagi kalau follower banyak conversation-nya juga tinggi. Selain itu, untuk tidak lagi menjadi follower sebuah brand atau sebuah akun juga sangat mudah, sama mudahnya dengan menjadi follower, cukup klik Unfollow. Ini artinya, bisa jadi setelah memperoleh hadiah, sebuah akun tertentu akan melakukan unfollow. Tentu saja hadiah yang telah diberikan sepertinya sia-sia. Nah untuk mencegah hal tersebut terus berulang, tentu perlu upaya lain agar follower tidak melakukan unfollow. Ini artinya mungkin iming-iming hadiah berhasil menambah follower, namun apakah follower akan setia, adalah masalah lain yang perlu dicari formulanya. Perlu juga diperhatikan, dengan pengguna yang sedemikian banyak, tentu saja ada pengguna Twitter yang tidak setuju dengan cara-cara pemberian hadiah ini. Bagi saya sendiri, cara seperti ini bisa dipakai, namun melihat konteks preferensi saya lebih kepada konten, saya lebih suka menjadi follower brand yang menciptakan conversation daripada hadiah. Hadiah mungkin perlu, tetapi bukan yang utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H