Lihat ke Halaman Asli

Bisakah Lumia Mengembalikan Kejayaan Nokia?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13282505121502706881

[caption id="attachment_158743" align="aligncenter" width="600" caption="Steve Ballmer CEO Microsft bersama Stephen Elop CEO Nokia saat peluncuran Nokia Lumia, sumber:http://www.androiddevelopersltd.com"][/caption] Nokia kembali ke persaingan smartphone dengan meluncurkan flagship Lumia beberapa waktu yang lalu. Seri Lumia ini di luar sana sudah ada tiga jenis, yaitu Lumia 800, Lumia 710, dan yang terbaru Lumia 910. Di Indonesia sendiri baru akan hadir dua seri pertama, yaitu seri 800 dan 710. Setelah keluar dengan menggandeng Windows Phone seri Mango, Nokia masih saja harus mengurut dada karena perkiraan perjualan yang semula 2 juta unit di akhir tahun 2011 kemarin hanya bisa mencapai sekiat 1,3 juta unit dan dikabarkan cukup banyak pengembalian handset oleh konsumen. Menarik tentu saja, di Amerika Serikat dan Eropa sebagai pasar utama Nokia gaung Nokia Lumia kurang terdengar meskipun disokong penuh oleh Microsoft dengan belanja iklan yang tidak terbatas. Ini artinya Nokia, meskipun sudah membakar Symbian dan beralih ke Windows Phone tetap saja marjinal dalam persaingan smartphone dunia yang kini dipimpin oleh Android dan iOS Apple dengan iPhone. Pertanyaannya, kira-kira dengan masuknya Nokia Lumia seri 800 dan 710, bisakah Nokia meraih kembali pasar smartphone di Indonesia? Ini bukan pertanyaan dengan jawaban yang mudah karena dengan dukungan penuh Microsoft di sisi pemasaran bisa saja Nokia melakukan banyak program pemasaran dan edukasi pengguna agar seri Lumia banyak peminatnya. Demikian pula sebaliknya, melihat kondisi pasar di Indonesia saat ini yang sangat banyak pilihan, tidak akan mudah bagi Nokia menjual seri Lumia kepada konsumen Indonesia yang sebagian besar merupakan pengguna BlackBerry, Android dan iPhone. Bagi saya sendiri, lebih condong pada opsi kedua, yaitu Nokia akan mengalami kesulitan memasuki kembali pasar smartphone Indonesia. Terlebih lagi berdasarkan pengalaman, vendor yang pernah berjaya, lalu mengalami kemunduran sulit untuk bangkit kembali. Hal ini bisa kita lihat pada kasus Motorola, Sony Ericsson (Sony), Phillips, dan Alcatel. Selain itu, tampaknya Nokia masih menggunakan standar lama dalam melakukan penetrasi di Indonesia, yaitu harga yang tidak bersahabat dengan kantong konsumen Indonesia, sementara daya guna smartphone ini masih belum teruji. Coba kita lihat harga pre-order Nokia Lumia 800 dan Nokia Lumia 710 yang saya kutip dari detik.com beberapa saat yang lalu. Untuk Nokia Lumia 800 dibandrol Rp5.250.000, 00, sedangkan Lumia 710 Rp2.900.000,00. Harga yang dipatok ini, untuk sebuah smartphone yang belum teruji benar kemampuannya di luar perkiraan konsumen. Meskipun diberi iming-iming bonus headset Monster purity HD stereo seharga Rp 1,6 juta dalam paket penjualan Lumia 800, konsumen belum tentu mau membelinya karena headset bukanlah tujuan utama mereka membeli smartphone. Lumia 710, yang memiliki fitur yang lumayan lengkap dan berkamera 5 megapiksel harga pre-ordernya 2,9 juta. Untuk sebuah smartphone yang bertujuan mengambil hati konsumen sebanyak-banyaknya, mestinya harganya haruslah lebih rendah lagi. Mengapa? Karena meskipun berfitur lengkap, aplikasi Nokia di pasar Windows Phone masihlah sangat sedikit dibandingkan dengan Android pada kisaran harga yang sama. Mestinya Nokia lebih berani memberikan harga yang kompetitif guna bersaing dengan Android apalagi mereka mendapatkan dukungan penuh dari Microsoft dari sisi pemasaran. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah BlackBerry. Ingat BlackBerry tentu saja ingat fitur andalah mereka BBM. Meskipun di luar sana BlackBerry mengalami kemunduran, tetapi di Indonesia tidak akan terjadi minimal tahun 2012 ini. Coba kita lihat harga-harga BlackBerry berikut ini sebagaimana saya kutip dari sebuah situs. BlackBerry Bold Touch 9900 Rp5.600.000,00 BlackBerry Torch 9810 Rp5.050.000 Ini artinya Lumia 800 akan head to head dengan kedua jenis BlackBerry ini. Sayangnya BlackBerry sudah menjadi trend di Indonesia, sedangkan Nokia berusaha kembali masuk dengan produk baru yang belum teruji oleh konsumen. Jelas saja dengan kisaran harga tersebut konsumen yang berpunya akan lebih memilih BlackBerry dibandingkan Nokia Lumia 800. Apalagi kalau kita lihat menjamurnya penggunaan aplikasi BBM di Indonesia yang merupakan fitur andalan RIM sebagai produsen BlackBerry. Apakah Nokia juga punya fitur yang sama? Saya rasa jawabannya tidak, meskipun ada Whar'sApp namun tentu saja tidak semenarik BlackBerry Messenger yang telah built in. Di kisaran harga lima jutaan ini, Android mengandalkan Galaxy S dan Galaxy Nexus yang merupakan Android dengan sistem operasi terbaru Ice Cream Sandwich. Dengan pasar aplikasi yang sudah melebihi 400 ribu aplikasi, jelas Galaxy Nexus akan lebih dipilih mereka yang memiliki uang lebih daripada Nokia Lumia 800 yang miskin aplikasi. Nokia Lumia 710 bisa dikategorikan sebagai smartphone entry level dari Nokia. Sayangnya untuk smartphone entry level, Samsung yang kini menjadi vendor smartphone terbesar kedua di dunia lebih dulu mencuri start dengan mengguyur pasar dengan seri Galaxy super murah. Harganya mungkin tidak ada yang lebih dari 1,5 juta. Artinya Nokia Lumia 710 ini over priced bagi konsumen Indonesia yang mau belajar menggunakan Nokia Windows Phone. Mungkin akan tidak ada konsumen yang mau mengorbankan uang untuk harga pre-order 2,9 juta (harga resminya nantinya mungkin lebih tinggi lagi) untuk hanya mencoba dan kemudian kecewa. Demikian juga vendor Android lainnya seperti LG, Motorola, dan Sony, mereka memiliki smartphone entry level dengan harga yang sangat bersaing. Hampir tidak ada daya tawar yang akan mengikat konsumen untuk memilih Nokia Lumia 710 dengan harga awal setinggi itu, apalagi brand Nokia kini tidak sebagus dulu lagi. Saya sangat meragukan dua smartphone terbaru dari Nokia ini, bisa, paling tidak memberikan pesona awal yang menggembirakan bagi konsumen smartphone di Indonesia yang sudah terkooptasi oleh terutama BlackBerry kemudian Android dan iPhone. Mestinya Nokia cukup berbesar hati untuk rugi di awal dengan memberikan harga yang lebih masuk akal, tetapi kemudian dengan adanya user experience yang bagus bisa menciptakan komunitas konsumen mereka sendiri yang setia layaknya pengguna BlackBerry. Perlu juga kita lihat dalam skala global. Berdasarkan laporan terbaru, hampir empat bulan setelah diperkenalkan ke publik, Nokia Lumia mendapat tanggapan biasa-biasa saja di luar sana, terutama Eropa yang merupakan pasar utama Nokia. Bahkan market share Windows Phone yang diusung oleh Nokia mengalami penurun di bulan Desember 2011 yang lalu berdasarkan catatan ComScore. Ini artinya, walaupun Nokia merilis dua smarphone Windows Phone terbaru, tetapi market share Windows Phone malah menurun. Artinya memang konsumen di luar sana tidak terlalu tertarik dengan seri Lumia ini. Bila demikian, Nokia Lumia ini tidak akan bisa mengembalikan kejayaan Nokia di Indonesia dalam beberapa waktu ke depan. Faktor harga yang tidak kompetitif, aplikasi yang terbatas serta lingkungan windows Phone Mango yang terbatas merupakan faktor dalam yang menyebakan kegagalan tersebut. Sementara faktor luar adalah kuatnya cenkeraman BlackBerry, harga Android yang kompetitif dan brand Apple iPhone yang sangat kuat membuat konsumen akan lebih memilih satu di antara tiga smartphone tersebut. Bye Bye Nokia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline