Lihat ke Halaman Asli

Kepada Angin dan Gerimis

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_140076" align="aligncenter" width="640" caption="http://1.bp.blogspot.com"][/caption] dek ingatkah kau angin dek ingatkah kau gerimis kita berlarian menuju pondok menyelamatkan diri pakaian kita basah sekenanya namun tubuh kita menggigil kitapun malu saling menghangatkan kepada angin aku ceritakan kisah lama kita kepada gerimis yang terus turun pagi ini kusampaikan rindu ingin berjumpa ngilu sedih tak terkira dek api rindu tak pernah padam menyapa kepada gerimis saat melintasi gereja kucoba eja saat kita kedinginan saat para pendeta menutup  muka aku tiada engkau tiada hanya airmata deras menganak sungai dek angin  tak pernah menjawab tanya gerimis  selalu menertawakan kisah lama aku tahu mereka mengejek rasa rindu mereka berkata berpuluh tahun berlalu mengapa masih saja ingat senja pendeta airmata dek sampai kapan aku mesti mengenang masa lalu sampai kapan engkau diam membisu dalam tidur panjang pondok yang kita tinggalkan sudah tiada gerimis dan angin berganti masa dek aku ingin mengikuti engkau saja No Rain- Blind Melon

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline