Lihat ke Halaman Asli

Survei: Pengguna Internet Sering Mengabaikan Risiko

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_122633" align="aligncenter" width="655" caption="Ilustrasi, sumber: http://www.bgr.com/"][/caption] Survei Perilaku Berinternet: Pengguna Internet Sering Mengabaikan Risiko Internet sedang dan akan terus berkembang. Bila dibandingkan dengan masa beberapa tahun yang lalu, dunia internet sudah sangat jauh majunya. Dulu sekitar tahun 2005, kita tidak mengenal ada situs yang bisa mengumpulkan sebanyak 750 juta pengguna, kini Facebook sudah melakukan hal tersebut. Demikian juga dengan transaksi keuangan dengan menggunakan internet, meningkat secara signifikan. Transaksi tersebut antara lain internet banking, membeli barang dan jasa legal, menjual barang dan jasa legal dan mungkin juga menjual manusia dan obat-obat terlarang. Pada banyak peristiwa, internet banyak dianggap tidak aman, terutama untuk bertransaksi keuangan. Seringnya terjadi penipuan, misalnya seseorang yang mengaku menjual barang tertentu, namun setelah uang dikirimkan hilang begitu saja. Masih banyak sebenarnya kejadian lain, seperti Nigerian Scammer, phishing dan lainnya. Hal ini menuntut pengguna internet untuk selalu berhati-hati, tidak hanya jika melakukan transaksi keuangan, tetapi juga ketika beriteraksi di media sosial yang kini tengah booming. Sayangnya dengan kondisi yang seringkali tidak aman tersebut tidak membuat pengguna internet untuk lebih berhati-hati. Hal ini ditemukan oleh sebuah survei yang dilakukan oleh Symantec. Sebagian besar dari orang yang disurvei menunjukkan bahwa mereka sebenarnya tahu risiko bertransaksi di internet, namun mereka mengabaikan risiko tersebut. Perilaku Berisiko Perilaku berisiko merupakan hal yang umum meskipun pengguna internet mengetahui hal yang lebih baik. Dari survei ditemukan dalam banyak kasus pengguna internet terus melakukan transaksi online, bahkan ketika mereka tidak memiliki syarat keamanan bertransaksi secara online. Dari survei ditemukan bahwa 80% dari mereka yang disurvei tahu dengan ikon gembok yang menandakan enkripsi Secure Sockets Layer (SSL), namun hanya 55% dari 80% tersebut yang akan membatalkan transaksi online jika mereka tidak menemukan ikon gembok tersebut di suatu situs tertentu. Kondisi yang sama terjadi dengan https yang menunjukkan sebuah situsdienkripsi dibandingkan dengan yang hanya http. 81% responden kenal dengan https dan mencari hal tersebut untuk koneksi internet yang lebih aman, namun hanya 56% yang memiliki ketakutan bahwa sebuah alamat situs tidak aman. Artinya kalaupun sebuah alamat situs hanya http, 25% responden tetap melakukan transaksi. Demikian juga di media sosial, 15% responden tidak menggunakan koneksi yang aman (https) meskipun mereka tahu bahwa pilihan https tersebut disediakan. Dari survei tersebut, Symantec menyimpulkan bahwa pengguna internet lebih mengutamakan kenyamanan dibandingkan dengan keamanan bertransaksi. Banyak pengguna internet mengatakan bahwa fitur kemanan merupakan penghalang bagi mereka untuk memperoleh kenyamanan. Hal ini tentu jelas sekali, karena dengan berbagai fitur keamanan, pengguna yang bertransaksi diinternet diwajibkan melalui beberapa langkah sebelum benar-benar bisa bertransaksi. Artinya fitur-fitur keamanan seringkali membuat pengguna internet yang bertransaksi melakukan beberapa langkah lebih banyak sehingga kurang nyaman dalam melakukan transaksi online. Kesalah Umum Pengguna Internet dalam Berinternet Dari survei tersebut juga diungkapkan beberapa kesalahan umum yang banyak dilakukan pengguna internet di saat menggunakan internet untuk berbegai tujuan. Kesalahn tersebut adalah sebagai berikut. 1. Membagi terlalu banyak informasi Dengan banyaknya media sosial sebagai sarana unjuk diri atau narsis, pengguna internet tidak sadar bahwa mereka sangat banyak membagi informasi kepada publik yang hampir-hampir tidak terbatas. Penggunaan fitur place, map, dan lainnya berpotensi untuk mengumbar informasi secara masif. Banyak ditemukan pengguna yang menampilkan informasi pribadi secara detail, hubungan dan informasi sensitif lainnya. Hal ini merupakan kesalahan karena pengguna sering tidak mengetahui apa risiko akibat terbukanya informasi-informasi tersebut. 2. Mempercayai situs melindungi data Banyak yang percaya bahwa situs seperti Facebook akan melindungi data para pengguna. Hal ini merupakan kesalahan. Terbukti dengan beberapa kejadian Facebook kebobolan dan membuka data penggunanya kepada pihak ketiga seperti pengiklan. Bahkan pernah kejadian 250 ribu foto perempuan di Facebook berada di sebuah situs kencan online. 3. Mengasumsikan URL aman Tidak semua tautan yang diberikan aman. Banyak scam di facebook berasal dari tautan terutama shortened URL. Ini artinya bahwa URL tidak selalu aman. Kliklah URL dari mereka yang terpercaya saja sehingga bisa lebih aman dalam berinternet. 4. Tidak mendidik diri sendiri Pengguna internet harus tanggap dengan berita-berita terbaru tentang keamanan berinternet. Biasanya topik keamanan internet memang tidak menarik karena banyak istilha dan sulit untuk dipahami. Namun, mau tidak mau, jika tidak ingin tertipu harus mengedukasi diri sendiri untuk belajar sedikit demi sedikit tentang keamaman dalam berinternet. 5. Tidak update antivirus dan antimalware Banyak pengguna internet yang abai untuk melakukan update antivirus dan antimalware. Padahal hal ini sangat penting dalam melakukan kegiatan berinternet. Ada juga anggapan bahwa malware itu suatu kejadian musiman dan tidak berbahaya, padahal malware tersebut sengaja diciptakan untuk melakukan kejahatan. Kesalahan lain yang sangat sering dilakukan pengguna internet adalah mengggunakan password yang sama untuk berbagai layanan di internet, misalnya email, social media, blog, dan internet banking. Alasan pengguna adalah agar mudah untuk mengingat password kalau hanya satu, padahal ini adalah kesalahan fatal. Karena hanya dengan satu password akan sangat mudah bagi para penjahat di internet untuk melakukan kejahatan dan merugikan pengguna internet. Dari uraian di atas nyata sekali banyak pengguna internet yang sebenarnya tahu yang lebih baik, tahu yang lebih aman, namun karena berbagai alasan menjadi abai dengan hal tersebut. Artinya pengguna internet perlu untuk meningkatkan kewaspadaan dalam berinternet jika tidak ingin tertipu dan menjadi sasaran empuk para penjahat di internet. Sumber: Symantec dan zdnetasia.com Twitter: inside_erick




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline