Lihat ke Halaman Asli

Personal Branding di Media Sosial Kompasiana

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_112993" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi, sumber: http://www.andhikawijayakurniawan.com"][/caption]

Mungkinkah user kompasiana ini melakukan personal branding? Pertanyaan ini saya ulang beberapa kali terkait dengan beberapa kejadian di kompasiana belakangan ini. Untuk menjawabnya coba kita lihat dulu apa sebenarnya Personal Branding tersebut. Personal branding dalam definisi yang singkat adalah proses menjadikan seseorang sebagai sebuah brand yang dilakukan secara sadar oleh orang itu sendiri. Banyak orang menganggap selebritis adalah orang-orang yang sangat mudah dalam membentuk personal brand karena mereka sudah sangat terkenal jadi tidak perlu usaha lain. Banyak orang yang menyangka, hanyalah selebritis yang bisa membentuk personal brand. Namun dugaan tersebut tidaklah tepat karena setiap orang bisa membuat personal brand miliknya sendiri. Apalagi dengan makin majunya media sosial, seperti Twitter dan Facebook, kesempatan membuat personal brand semakin terbuka. Bahkan di kompasiana kita bisa membuat personal brand sendiri, benarkah? Sadar atau tidak setiap anggota kompasiana sebenarnya sedang membangun brand mereka masing-masing melalui tulisan. Cobalah kita urai satu contoh, misalnya ada anggota kompasiana yang hanya fokus pada bidang tertentu saja dalam menulis artikel untuk kompasiana. Contoh, anggota kompasiana yang hanya fokus menulis di bidang tekno yang terdiri dari internet, gadget, dan terapan. Ada juga anggota kompasiana yang fokus menceritakan pengalaman sendiri, seolah-olah ia sedang berpidato pada satu kesempatan dan anggota kompasiana yang lain mendengarkan dengan takzim. Ada juga anggota kompasiana yang khusus membahas isu-isu politik sehingga ia selalu menulis artikel di bidang politik. Tanpa disadari fokus yang diambil para anggota kompasiana ini menunjukkan personal brand mereka. Personal brand ini tentu saja ditunjukkan dengan nama masing-masing anggota kompasiana yang tertera di setiap artikel yang dibuat. Fokus  yang diambil anggota kompasiana paling tidak memberikan persepsi bagi anggota kompasiana yang lain bahwa brand seseorang berada di bidang tersebut. Seiring dengan berlalunya waktu, artikel yang ditulis terus bertambah, anggota kompasiana yang lain makin banyak yang membaca artikel tersebut dan merasakan manfaatnya dan mengetahui  bahwa penulisnya  tidak berbuat curang untuk menulis artikel tersebut. Selanjutnya persepsi anggota kompasiana ini  naik setingkat menjadi percaya dengan apa yang dituliskan, selanjutnya mereka akan terus mengikuti apa yang  ditulis dan selalu mengikuti perkembangan penulis tersebut. Kemudian mereka akan menjadi pembaca setia, terkadang bahkan meminta sebuah tulisan tertentu yang diminatinya. Tidak saja melalui tulisan online di kompasiana, personal brand anggota kompasiana perlu dikembangkan melalui kegiatan offline. Pertemuan dengan rekan anggota kompasiana lainnya, mengikuti blogshop, dan ikut serta dalam diskusi-diskusi yang dirancang untuk anggota kompasiana merupakan cara terbaik untuk mengembangkan personal brand. Lebih bagusnya lagi biasanya acara-acara seperti ini tidak dipungut biaya alias gratis. Dengan modal berani tampil, personal brand anggota kompasiana akan semakin luas dikenal. Tentu bukan hanya dalam lingkup kompasiana personal brand seseorang akan diakui. Bagi saya pribadi, banyaknya artikel saya yang dipindahkan ke halaman tekno kompas, merupakan salah satu bentuk pengakuan personal brand yang saya miliki. Seiring dengan berjalannya waktu, personal brand ini akan terus meluas hingga nantinya bisa membuat dan menerbitkan buku sendiri. Saya kira itu yang saya alami selama di kompasiana. Tanpa bermaksud narsis, sombong dan bangga dengan apa yang saya lakukan di sini,  menurut saya itu sebuah bukti bahwa kompasiana bisa menjadi wadah bagi anggotanya untuk melakukan personal branding. Namun tentu hal semacam ini tidak datang begitu saja. Ada banyak usaha, ada banyak kerendahan hati, dan ada banyak rasa tidak mau berpuas diri dengan pencapaian yang diraih merupakan faktor yang cukup menentukan. Selain itu, seperti banyak diketahui meraih lebih mudah daripada mempertahankan. Inilah tantangan yang sebenarnya. Personal brand seseorang akan diuji baik dari dalam diri maupun faktor luar. Dari dalam diri, seperti kebanyakan brand yang ditinggalkan oleh pecintanya adalah perasaan cepat puas, sombong dengan pencapaian, dan jumawa dengan apa yang diraih. Banyak kasus produk yang sangat cepat berpuas diri akhirnya ditinggalkan. Contohlah Nokia dengan Symbian ^3-nya. Sampai dengan 2009, Nokia masih memimpin pasar smartphone, namun berpuas diri dan tidak melakukan pengembangan, akhirnya ditaklukkan oleh Android. Nokia juga sombong dengan penguasaan pasar yang mereka miliki dan percaya tidak akan tergoyahkan. Namun yang terjadi kini adalah sebaliknya. Demikian juga personal brand di kompasiana akan rusak dengan kesombongan.  Sombong dengan pencapaian yang diraih, jumawa dengan kesuksesan singkat akan membawa personal brand seseorang hancur di lembah paling dalam. Mengapa hal tersebut terjadi? Tidak lain karena brand adalah persepsi dan kepercayaan konsumen. Bila rasa percaya terhadap brand sudah tidak ada jangan diharap orang akan membeli brand tersebut. Demikian juga personal brand di kompasiana, jika banyak orang yang kecewa dengan personal brand anda, tentu anda harus  mau menerima bahwa tulisan anda, artikel anda tidak ditengok lagi. Faktor luar adalah ketatnya kompetisi. Di kompasiana ini setiap hari anggotanya bertambah. Anggota baru memiliki cara dan metode menulis yang tentu juga berbeda. Anggota kompasiana berkompetisi dengan anggota lainnya, tentunya dalam kompetisi yang sehat. Semakin ketat kompetisi, akan semakin baiklah hasil yang diperoleh, untuk itu setiap anggota kompasiana dituntut untuk terus belajar memperbaiki brand-nya agar tidak ditinggalkan konsumen. Saya rasa faktor luar ini lebih mudah dilakukan daripada faktor dari dalam diri di atas. Hal ini karena faktor dalam diri ini  tidak nampak. Sering berupa kerikil-kerikil kecil perasaan paling hebat, batu-batu kecil rasa sombong yang bisa membuat anggota kompasiana terpeleset. Setelah terpeleset ada yang bisa berdiri kembali dan memperbaiki brand-nya, namun ada juga yang terpeleset kembali, dua kali dalam lubang yang sama. Tentunya hal ini akan membuat brand-nya akan semakin tenggelam dan mengurangi pembaca artikelnya secara signifikan. If  You Can't Follow me  on the F1 Track, Follow me at Twitter: @inside_erick




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline