Ren...
Genap satu tahun pasca Kliwonan terakhir kita, aku dipaksa mengikhlaskan lima tahun waktuku yang kau sia-siakan. Hari-hariku di pertengahan November hanya menjenguk masa lalu dari awal kita bertemu hingga kepergianmu.
Aku masih tak menyangka kau setega itu membuang waktu yang kukira kita sedang berjalan bersama bergandeng tangan menuju surga menyusul pahlawanmu. Dari membalas cerita hingga menjadi cerita, satu persatu tabir kemustahilan bisa tersingkap saat bersamamu.
Mungkin kau ingat awal mula kau memintaku mengajakmu di acara Habib Umar, bahkan di Jakarta pun kau siap, di tahun itu pula Allah mengirimkan Habib Umar ke Semarang seolah satu pinta kita terjawab.
Lalu ke Habib Ali Al-Jufri yang menghadirkan sejuta keajaiban, dipertemukan dengan orang-orang baik yang kini kau lupakan di balik kata "kudoakan", kau sendiri yang bilang bahwa seluruh perjalanan kita seolah didukung semesta.
Hingga rutinan Kliwonan yang tiba-tiba terputus keistiqomahan kita sebab tujuanmu yang berubah, membuatku selalu tak kuasa menghadiri majelis-majelis itu sebab bayangmu terus menghantuiku; dan yang kutakutkan sudah terjadi.
Apa hanya aku yang membaca isyarat langit tentangmu, saat kejumawaanmu menghadiri majelis dengan orang lain, HP yang saat itu genting untuk skripsi dan data penting lainnya raib, seakan Allah mencabut ketenangan majelis dari hatimu.
Tak bisa menolak kalo Amang yang ngajak, sepertinya tak ada satupun ajakanku yang berjalan sempurna, yang ada adalah penolakan dan berjuta alasan, tak seperti di awal kenal yang bisa hadir tiga majelis dalam sepekan. Bahkan ajakanmu yang selalu kau lewatkan.
Kau tau, ketika kau menanyakan liburku, aku sangat bahagia dan berharap bisa seharian bersamamu, aku rela berebut hari libur hingga nyaris ribut hanya untuk hari yang tak berjalan semestinya, sudah lima kali kuhitung.
Hingga kemarin Rabu nyaris hari kerjaku hilang sebab doa yang katamu kenceng untuk hadir di MAJT meraih cahaya lentera dari Tarim dan syarifah idolamu, untung malamnya kutanyakan dan aku tak jadi libur, aku bekerja dengan hati yang hancur mendengarmu memilih lelaki lain daripada lelaki yang sudah menjagamu selama lima tahun, menata masa depan bersama; yang kini sirna.
Banyak sekali tempat ngobrol dan tempat jajan baru yang kupersiapkan saat jalan bersamamu, kini harus kulupakan semua; mie ayam, soto, salak, jalan kenangan, dan semua hal yang kau suka.